Tripoli (ANTARA News/Reuters) - Beberapa suku di Libya menyatakan tidak akan mengakui pemerintah, sehari setelah pengungkapan kabinet baru menghidupkan lagi persaingan suku dan wilayah, yang mengancam kestabilan negeri tersebut.

Calon Perdana Menteri, Abdurrahim El-Keib, merancang susunan kabinet yang bertujuan menenangkan berbagai suku, kepentingan regional dan kubu ideologi di Libya yang bersaing untuk mengisi kevakuman yang ditinggalkan oleh jatuhnya pemerintah Muamar Gaddafi.

Jaksa Kepala Mahkamah Pidana Internasional (ICC), Luis Moreno-Ocampo, mengatakan bahwa selama kunjungan ke ibu kota Libya, Tripoli, pengadilan bagi putra Gaddafi yang tertangkap, Saif Al-Islam Gaddafi, dapat diselenggarakan di dalam negeri Libya selama persyaratan tertentu dipenuhi.

Ia juga mengatakan kepada Reuters, percaya mantan kepala dinas intelijen Gaddafi, Abdullah as-Senusi, seperti juga Saif Al-Islam, yang dicari oleh ICC, belum tertangkap. Beberapa pejabat Libya sebelumnya mengatakan as-Senusi telah ditangkap.

Belum ada tanda perselisihan mengenai kabinet tersebut dari sebagian besar pihak paling kuat --terutama kubu Islam, yang tak diberi pos terbesar di dalam pemerintah-- tapi beberapa kelompok yang lebih kecil sudah mengeluh bahwa mereka diabaikan.

Pengumuman pemerintah itu adalah langkah paling akhir dalam kemajuan di Libya menuju pembuatan lembaga baru, tiga bulan setelah aksi perlawanan "Arab Spring" paling berdarah mengakhiri 42 tahun kekuasaan Gaddafi.

Sebanyak 150 orang melancarkan protes pada Rabu pagi (23/11) di luar satu hotel di kota Benghazil di Libya timur, tempat pemimpin sementara --Dewan Peralihan Nasional (NTC)-- berkantor, kata seorang saksi mata kepada Reuters --yang dipantau ANTARA News di Jakarta, Kamis.

Pemrotes memasang spanduk yang bertuliskan, "Tidak buat pemerintah orang luar!" Seorang saksi mata mengatakan demonstrasi itu dipimpin oleh anggota suku Maghariba dan Awagi --yang berpusat di Benghazi dan marah sebab wakil mereka tak mengisi posisi penting.

Di tempat lain, satu kelompok yang menyebut dirinya Kongres Amazigh Libya mengatakan di dalam satu pernyataan kelompok tersebut membekukan semua hubungan dengan NTC, sebagai protes terhadap pemilihan menteri kabinet.

Amazigh, dari suku Berber, adalah etnik minoritas yang menderita hukuman di bawah pemerintah Gaddafi dan mendesak pengakuan yang lebih besar bagi kebudayaan dan bahasanya di Libya baru.

Di kota kecil Jadu, yang didominasi oleh suku Amazigh, di pegunungan Nafusa di sebelah barat-daya Tripoli, sebanyak 30 pemuda berkumpul di satu lapangan di bagian tengah kota itu. Mereka merekrut orang untuk diajak pergi ke ibu kota Libya guna menuntut perwakilan yang lebih baik.

"Kami akan pergi ke Tripoli untuk melancarkan aksi-duduk damai guna memprotes penunjukan menteri," kata seorang pria, Tarek Yussef Labah, kepada Reuters.
(Uu.C003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011