Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 14 personel terbaik Korps Brimob Polri dikirim mengikuti mengikuti program pelatihan penanganan bom di Turki dan Irlandia Utara dalam rangka meningkatkan kualitas kemampuan anggota Korps Biru Tua tersebut.

Komandan Korps Brimob, Inspektur Jenderal Polisi Anang Revandoko, melepas keberangkatan 14 personel terbaiknya di Lapangan Mako Brimob Polri Kelapa Dua, Depok, Jumat.

Baca juga: Pimpinan lembaga negara bertemu bahas penanganan terorisme

Dari 14 personel, 10 orang dikirim ke Turki dan empat perwira dikirim ke Belfast Irlandia Utara, Inggris Raya, untuk mengikuti Seminar dan Konferensi Internasional Bomb Data Centre Working Group.

Ia mengatakan Turki berpengalaman dalam penanganan kelompok-kelompok bersenjata di Timur Tengah. Dengan demikian personel Korps Brimob akan memiliki kemampuan penanganan amunisi, ranjau, dan bahan peledak, dengan spektrum kawasan Timur Tengah.

Baca juga: Menkopolhukam: percayakan penanganan teror bom ke aparat

Sedangkan keberangkatan perwira ke Belfast, Irlandia Utara, Inggris Raya, untuk meningkatkan SDM Korps Brimob menyesuaikan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan.

"Ini sesuai harapan Bapak Kapolri agar Korps Brimob bisa merespons dan mengantisipasi potensi ancaman khususnya dalam penanganan amunisi, ranjau dan bahan peledak," kata dia.

Salah satu perwira Korps Brimob Polri yang dikirim ke Irlandia Utara, Inggris Raya, Inspektur Polisi Dua Kresna Adji Prasetyo, akan memanfaatkan kesempatan yang diberikan pimpinan untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya tentang penanganan bom. "Saya akan berusaha menggali ilmu sejauh mungkin," kata dia.

Baca juga: SETARA: Protokol penanganan ekstremisme-kekerasan tidak boleh kendor

Ia mengungkapkan pengiriman personel ke Irlandia Utara adalah bagian dari program komandan Korps Brimob terkait dengan Brimob Bomb-CBRN Data Center dan Brimob Bomb-CBRN Laboratory.

Di Irlandia Utara nanti, kata dia, personel Korps Brimob akan mengikuti konferensi para ahli penanganan bom dari berbagai negara. "Di sana kami akan bertukar pikiran tentang penanganan bom," kata  Prasetyo.

Menurut dia, ilmu tentang penanganan bom perlu terus dikembangkan, mengingat ancaman bom di Indonesia masih tinggi seperti dibuktikan dengan kejadian bom sebelumnya.
"Kejahatan bom marak seperti di Makassar, Sibolga, dan Surabaya. Makanya sangat dibutuhkan antisipasi," kata dia.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2022