Secara year on year, pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 18,79 persen...
Surabaya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja perekonomian di Jawa Timur mengalami pertumbuhan sebesar 5,20 persen pada kuartal I/2022, dibandingkan periode yang sama tahun 2021 atau year on year (yoy).

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan dalam siaran pers virtualnya, Senin, mengatakan, pertumbuhan itu didominasi dari sektor industri sebesar 2,13 persen, disusul perdagangan 1,24 persen, konstruksi 0,36 persen, Infokom 0,45 persen dan lainnya 1,03 persen.

“Secara year on year, pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi terjadi pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan sebesar 18,79 persen. Sedangkan dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor luar negeri yakni 35,97 persen," katanya.

Baca juga: BKF: Pemulihan ekonomi berpotensi terus menguat ke depan

Ia mengatakan, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya atau kuartal IV/2021, Jatim mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 0,75 persen

"Artinya pertumbuhan ini menunjukkan ekonomi Jatim semakin membaik dibandingkan kinerja ekonomi sebelumnya," katanya.

Realisasi APBD, kata dia, juga meningkat terhadap barang dan jasa yakni 54,19 persen (Yoy), dan belanja pegawai 25,82 persen, serta belanja bantuan sosial turun 27 persen.

Ia menjelaskan, secara kuartal pertumbuhan tertinggi dari sisi produksi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan yakni 12,40 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor yang tumbuh 24,61 persen.

"Ekspor yang meningkat terutama terjadi pada barang seperti perhiasan, tembaga, kayu dan barang dari kayu, serta bahan kimia mendorong pertumbuhan itu," katanya.

Pada kinerja impor, kata dia, juga tercatat meningkat dari impor mesin-mesin, besi baja, pupuk, plastik dan barang dari plastik, serta gandum.

"Secara nasional, perekonomian pada periode ini memang terus membaik seiring dengan turunnya kasus COVID-19," katanya, menjelaskan.

Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi, kata Dadang, adalah sektor pertanian yang meningkat karena dipengaruhi kondisi cuaca yang kondusif serta masuknya masa panen raya padi.

"Untuk industri makanan dan minuman juga tercatat meningkat, karena memenuhi permintaan Hari Raya Idul Fitri. Perbaikan kinerja industri pengolahan tercermin dari peningkatan produksi penjualan domestik, dan konsumsi listrik industri," tuturnya.

Baca juga: Ekonomi Sumut tumbuh 3,90 persen

Terkait pelonggaran mobilitas penduduk, juga terjadi peningkatan pada jumlah penumpang di semua armada angkutan publik, seperti penumpang kereta api naik 18,53 persen (qtq) atau 91,3 persen (yoy), penumpang pesawat di Bandara Juanda naik 3,27 persen (qtq) atau 55,01 persen (yoy).

“Kunjungan masyarakat ke tempat wisata juga meningkat seiring dengan longgarnya peraturan mobilitas penduduk,” tuturnya.

Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022