Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di perdagangan pasar spot antar-bank Jakarta terhadap dolar AS, Jumat pagi, menguat delapan poin menjadi 9.257/9.260 dibanding penutupan hari sebelumnya 9.265/9.335 per dolar AS, akibat menguatnya yen terhadap dolar AS dan euro. "Kenaikan rupiah terhadap dolar AS tidak besar, karena menjelang akhir pekan ini pelaku lokal cenderung hati-hati bermain di pasar," kata Direktur PT Bank Niaga, Catherinawati Hadiman, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, kenaikan rupiah itu didukung oleh menguatnya yen terhadap dolar AS dan euro, setelah gubernur bank sentral Jepang (BOJ) menyatakan akan menaikkan tingkat suku bunganya yang sejak 2001 masih tetap nol persen. BOJ bahkan merencanakan akan mengakhiri kebijakan uang sangat longgarnya yang selama ini diterapkan, mengingat pertumbuhan ekonomi dan indeks harga konsumen cenderung meningkat, katanya. Kenaikan yen, ia lebih lanjut mengatakan masih belum mendorong rupiah menguat tajam. Pergerakan rupiah yang meningkat itu akan terus terjadi hingga mata uang lokal itu kembali di level 9.200 per dolar AS. Namun apabila kenaikan itu tidak terus terjadi dan bahkan rupiah akan terkoreksi dengan adanya rencana kenaikan tarif dasar listrik (TDL), maka rupiah akan kembali terpuruk hingga pada posisi 9.400 per dolar AS, katanya. Ia mengatakan hal yang pasti rupiah akan tertekan pasar, apabila rencana pemerintah menaikkan tarif TDL antara 15 hingga 20 persen, meski sejumlah pengusaha kelompok Kadin menolak atas rencana pemerintah itu. Kenaikan TDL akan makin mempersulit pertumbuhan ekonomi, bahkan akan meningkatkan jumlah pengangguran, karena perusahaan, khususnya industri tekstil, banyak gulung tikar, pasca kenaikan BBM yang sudah sangat sulit diatasi. "Kami optimis pemerintah akan mempertimbangkan permintaan Kadin. Jadi kenaikan TDL untuk sementara akan dicari solusi baru sehingga tidak menimbulkan dampak yang lebih parah terhadap masyarakat," ucapnya. Rupiah ketika pasar dibuka sempat mencapai 9.250 per dolar AS, namun lemahnya permintaan rupiah mengakibatkan rupiah terkoreksi hingga mencapai 9.257 per dolar AS atau naik delapan poin terhadap dolar AS. Hal ini disebabkan pelaku masih hati-hati untuk turun ke pasar, sehingga aktivitas pasar valas lokal cenderung agak sepi, kata analis valas PT Bank Himpunan Saudara (HS) 1906, Yusuf. Menurut dia, pasar kurang merespon kenaikan yen terhadap dolar maupun euro. Yen menguat terhadap dolar AS lebih dari satu persen hingga mencapai 116,56, dan terhadap euro menjadi 139,05. Kenaikan yen yang tinggi itu seharus direspon pasar dengan melakukan pembelian rupiah, namun kenyataannya aktivitas pasar tetap lesu, katanya. Posisi yen terhadap dolar AS yang sudah berada di bawah level 117 itu diperkirakan akan bisa mencapai 115, apabila Jepang jadi menaikkan suku bunganya, tambahnya. Meski demikian, menurut Yusuf, kemungkinan besar bank sentral AS (The Fed) akan kembali menaikkan tingkat suku bunganya lebih cepat untuk memicu dolar AS menguat, dan adanya rencana importir Jepang yang akan membeli dolar AS pada level 116 yen. Selain itu, juga ada kekhawatiran dari para pedagang terhadap yen dengan kenaikan yang cukup cepat, akan mengurangi tingkat persaingan produknya di pasar global, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006