Yogyakarta (ANTARA News)- Sastra di Indonesia kurang mendapat apresiasi karena negara kurang memberi ruang terhadap kebudayaan, kata seniman Yogyakarta Indra Tranggono.

"Saat ini pemerintah kurang menghitung nilai-nilai kebudayaan sehingga sastra kurang mendapatkan apresiasi," kata dia di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, pemerintah saat ini lebih banyak memperhatikan sektor pariwisata yang lebih menguntungkan dari sisi ekonomi ketimbang nilai-nilai kebudayaan yang lebih menyentuh kehidupan manusia.

"Kebudayaan ujung-ujungnya berorientasi ekonomi atau untung rugi, bukan nilai kebudayaan yang berkaitan dengan kemanusiaan," katanya.

Menurut dia, praktik kebudayaan yang hanya berorientasi pada untung rugi atau ekonomi berbahaya bagi Bangsa Indonesia di berbagai bidang.

"Kebudayaan yang tidak berkarakter dan tidak memiliki nilai yang kuat akan menyebabkan orang hanya menumpuk kekayaan. Sedangkan, dari sisi politik seorang politisi hanya akan menjadi politisi petualang atau tidak menjalankan perannya dengan baik," kata dia.

Ia mengatakan kebudayaan yang berorientasi ekonomi sulit cenderung diproduksi secara instan sehingga penghargaan terhadap prestasi dan kejujuran seseorang kurang.

Menurut dia, kondisi kebudayaan pada 1985 dan 2000-an ke bawah sangat berbeda jauh.

Ia mencontohkan pada 1985 para penyair memiliki obsesi yang sama berkarya untuk kemanusiaan, sedangkan pada 2000-an ke bawah cenderung berorientasi pasar.

Dia mengatakan perbedaan kondisi itu disebabkan sejumlah persoalan dalam era yang berbeda.

Menurut dia, pada 1985 kepemimpinan mantan Presiden Soeharto yang menekan kebebasan masyarakat membuat para seniman bersatu untuk melawan Soeharto melalui berbagai karya seni.

Ia mengatakan bangsa Indonesia hendaknya belajar mengatasi persoalan kebudayaan, salah satunya mengaktifkan berbagai pertunjukan seni sastra melalui komunitas.

Dia mengatakan sastra merupakan media kultural atau kebudayaan yang mempertemukan manusia.

"Lewat politik dan agama manusia akan sulit bertemu karena politik penuh dengan sikap saling memecah belah dan melalui agama orang seringkali membeda-bedakan antarsesama," kata dia.

(ANT-293/H008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011