Jakarta (ANTARA News) - Audit pengelolaan Blok Cepu akan sebanyak tujuh lapis, sehingga masyarakat diminta tidak perlu khawatir dengan transparansinya, ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Sugiharto. "Siapa pun yang menjadi operator di Blok Cepu, pemeriksaannya akan melalui tujuh lapis. Masyarakat tidak perlu khawatir ada overprice atau overestimate," katanya di Jakarta, Sabtu. Menurut dia, pemerintah telah bertekad akan melaksanakan check and balances di segala bidang, termasuk sektor minyak dan gas (migas) guna lebih baik lagi. Ia mengatakan, audit pengelolaan Blok Cepu akan dilakukan baik oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP). "Nantinya, dalam pengeluaran belanjanya harus mengikuti model yang disetujui dan memenuhi syarat tender pengadaan barang pemerintah," katanya. Selain itu, Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) juga akan memeriksa plan of development (PoD) atau rencana pembangunan yang diajukan operator. Sugiharto mengemukakan, sebenarnya persoalan besar Blok Cepu telah selesai dengan ditandatanganinya kontrak kerja sama antara BP Migas dengan kedua kontraktor procuction sharing (KPS), yakni PT Pertamina dan ExxonMobil Oil Company pada 19 September 2005. Selain itu, ia mengemukakan, bagi hasil minyak antara pemerintah dan KPS juga sudah selesai yakni 80 persen untuk pemerintah dan 20 persen bagi KPS. "Pembahasan JOA (Joint Operating Agreement) yang diantaranya menyangkut masalah operator hanyalah persoalan mikro yang seharusnya bisa diatasi segera," ujarnya. Menurut dia, saat ini pembahasan JOA, khususnya hak operator, terus dilakukan finalisasi, dan alternatifnya adalah membentuk Joint Operating Committee (JOC) yang manajemennya diawaki baik Pertamina maupun ExxonMobil. Sugiharto mengatakan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah parameter, agar Blok Cepu betul-betul tidak hanya bagi kepentingan sesaat, tetapi secara keseluruhan. Parameter itu, menurut dia, antara lain bagaimana kemampuan operator memenuhi target produksi dalam waktu cepat, bagaimana kesiapan keuangan, teknologi dan efisiensi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006