Chicago (ANTARA News) - Citra baru Indonesia yang berbeda dengan pada masa Orde Baru perlu diperkenalkan kepada berbagai kalangan di Amerika Serikat (AS), termasuk di Kongres. "Ini merupakan salah satu target tugas saya, memperbaiki image mengenai Indonesia yang kini sudah banyak perubahan," kata Duta Besar RI untuk AS, Sudjadnan Parnohadiningrat, di Chicago, Sabtu. Menurut Sudjadnan yang Januari lalu memulai tugas baru sebagai Dubes di Washington DC, dalam sebulan ini ia banyak mengadakan kunjungan ke para Senator dan anggota Kongres. "Bahkan para stafnya pun datangi, karena merekalah yang banyak memberi masukan kepada para Senator atau anggota Kongres," katanya. Menurut dia, hal yang perlu terus dijelaskan adalah bahwa Indonesia sudah berubah, termasuk juga TNI-nya. "Indonesia sekarang sudah lebih demokratis, sudah lebih berkomitmen dalam penegakan HAM," kata Dubes Sudjadnan. Ia menilai, meskipun reformasi bergulir sejak 1998, namun masih ada pandangan pada sejumlah kalangan di AS, termasuk di Capitoll Hill, bahwa seolah-olah Indonesia tidak banyak berubah. Hal tersebut tentunya merugikan Indonesia dalam konteks hubungan bilateral. "Kita tentunya tidak mau selamanya menjadi negara yang harus digurui oleh Amerika soal demokrasi atau juga soal bagaimana menegakkan HAM," katanya. Demikian juga ketika baru-baru ini terjadi masalah keamanan di sekitar kawasan tambang PT Freeport di Papua, pihak KBRI merasa perlu juga memberi penjelasan agar tidak timbul kritik atau prasangka yang merugikan pihak Indonesia. Sudjadnan berada di Chicago untuk menghadiri Perayaan Koalisi warga Amerika keturunan Asia (Asian-American Coalition of Chicago/AACC) yang ke-23. Komunitas Indonesia di AS yang tergabung dalam AACC tersebut tahun ini mendapat kesempatan sebagai penyelenggara. Jabatan Ketua Komunitas Asian-American di Chicago tahun ini juga dipercayakan oleh warga asal Indonesia, Roosy Miller. Kesempatan tersebut juga dimanfaatkan secara optimal oleh penyelenggara untuk lebih mempopulerkan kebudayaaan Indonesia sebagai bagian dari kekayaan budaya Asia. (*)

Copyright © ANTARA 2006