Ternate (ANTARA News) - Banjir lahar dingin Gunung Gamalama kembali menerjang sejumlah wilayah di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), menyusul hujan deras yang turun pada Jumat malam.

"Salah satu wilayah di Ternate yang paling parah diterjang banjir lahar dingin Gunung Gamalama adalah di wilayah Tubo," kata Wakil Wali Kota Ternate, Arifin Djafar di Ternate, Sabtu.

Kelurahan Tubo yang merupakan salah satu daerah titik rawan sebelumnya Senin lalu juga diterjang banjir lahar dingin letusan Gunung Gamalama, sehingga ratusan warga di wilayah itu diungsikan ke tempat aman.

Arifin mengatakan, adanya banjir dingin yang melanda Kelurahan Tubo pada Jumat malam, membuat warga di daerah itu yang pada banjir pertama menolak diungsikan, kini bersedia diungsikan ke tempat aman.

Tercatat sedikitnya 279 warga dari Kelurahan Tubo yang tadi malam harus diungsikan di aula SMK Negeri 2 Ternate. Tim penanggulangan Bencana Alam telah mendistribusikan berbagai kebutuhan pengungsi di lokasi itu.

Arifin belum mendapat laporan adanya kerusakan rumah warga yang rusak akibat terjangan banjir lahar pada Jumat malam, karena masih dalam pengecekan, tapi sesuai pemantauan tadi malam, jalan di lokasi tersebut kini tertutup lumpur lahar dingin.

Sedangkan banjir lahar dingin yang terjadi di Kelurahan itu pada Senin lalu, sedikitnya 16 rumah warga mengalami rusak berat dan rusak ringan dan areal pertanian warga tertimbun banjir lahar dingin.

Ia mengimbau kepada para pengungsi korban letusan Gunung Gamalama di daerah ini untuk bersabar dan tetap tenang, karena Pemkot Ternate pasti akan memperhatikan seluruh kebutuhan para pengungsi selama berada penampungan.

Jumlah pengungsi dari berbagai wilayah di Kota Ternate akibat meletusnya Gunung Gamalama kini mencapai 2134 orang dan mereka ditampung di sejumlah lokasi, diantaranya di eks Kantor Gubernur Malut dan mes Persiter.

Sejumlah pihak terus menyalurkan bantuan korban letusan Gunung Gamalama di Ternate, baik berupa masker, makanan maupun selimut dan tikar. (AF/L002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011