Talaud (ANTARA) - Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian Jan S. Maringka optimistis pemanfaatan secara baik potensi serat Abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara akan menghasilkan devisa di masa depan.

"Ini sekaligus sebagai upaya untuk pemulihan ekonomi nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya di sela perayaan Paskah Nasional di Talaud, Selasa (17/5).

Abaka adalah tanaman endemik yang tumbuh liar di Kabupaten Kepulauan Talaud, dengan nama latin Musa textilis dan termasuk dalam famili Musaceae atau jenis pisang-pisangan.

Serat dari pelepahnya kuat dan dengan karakter tersebut dapat dijadikan komoditas ekspor sebagai bahan baku pembuatan tali tambang kapal, karpet, maupun barang-barang suvenir, seperti tas, sandal, atau topi.

Baca juga: Kebangkitan perajin serat alam di Kulon Progo

Maringka juga menekankan perlunya menggali permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.

"Carikanlah solusi atas permasalahan terkait kebutuhan alat mesin penyerut sehingga masyarakat Kabupaten Kepulauan Talaud dapat segera meningkat kesejahteraannya seiring dengan percepatan peningkatan ekspor dari komoditas pertaniannya," ujarnya.

Kepala Balai Karantina Pertanian Manado Donni Muksydayan Saragih mengatakan serat Abaka pada tahun 2019 sudah pernah diekspor ke Inggris dan mulai masuk ke pasar Jepang tahun 2020.

Dia optimistis apabila serat Abaka diproduksi dalam skala besar akan menambah deretan komoditas potensial ekspor dari Kabupaten Kepulauan Talaud setelah kelapa, kopra, cengkih, dan pala.

Baca juga: Kemenperin pacu serat alam jadi bahan baku tekstil via program Dapati
Baca juga: Kemenperin edukasi penenun, manfaatkan daun nenas jadi serat ulos


Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022