Jakarta (ANTARA News) - Adanya sinyalemen bahwa penggunaan narkoba merebak di lingkungan pondok pesantren kurang tepat, karena yang selama ini terjadi adalah pondok pesantren menjadi tempat rehabilitasi bagi pengguna narkoba, kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rozy Munir. "Sinyalemen dari orang dalam menyebutkan demikian. Tapi, jumlahnya sangat kecil," katanya di sela International Conference on Faith Based Organization/Islamic Scholar in Drug Policy`s di Jakarta, Senin. Untuk itu, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN) di masa kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tersebut mengemukakan, PBNU sangat mendukung gerakan perang melawan narkoba dan dengan dukungan dari Colombo Plan membuat proyek percontohan sosialisasi pencegahan penggunaan narkoba di 12 pondok pesantren. "Di sana kita menyediakan pusat-pusat informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan upaya pencegahannya," kata Rozy. Ia mengatakan, semua pihak, termasuk pesantren, harus turut aktif dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di tanah air, karena narkoba telah menjadi penyebab kematian sekitar 15.000 jiwa per tahun. Mengutip data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Rozy menyebutkan bahwa saat ini sekira 3,2 juta penduduk Indonesia yang sebagian besar diantaranya berusia antara 20 hingga 29 tahun terjebak ketergantungan terhadap narkoba. "Dan, sebagai pemimpin agama, serta lembaga pendidikan keagamaan kita harus mewaspadai tantangan yang mengancam generasi muda itu," demikian Rozy Munir. (*)

Copyright © ANTARA 2006