Solo (ANTARA News) - Sejarawan Universitas Sebelas Maret Surakarta Hermanu Joebagio menilai organisasi agama memegang peranan penting untuk mengantisipasi upaya penyebaran berbagai aliran fundamentalisme yang dapat masuk ke kalangan anak muda saat ini.

Di sela kegiatan pemutaran dan diskusi film "Mata Tertutup" di Balai Soedajtmoko, Solo, Jawa Tengah, Selasa malam, Hermanu mengatakan gerakan aliran fundamentalis bergerak secara membahayakan ketika mulai "menyelingkuhkan" agama pada kepentingan politik dan ekonomi.

"Peran beberapa organisasi agama sangat penting di sini. Organisasi ini memiliki kekuatan untuk menyelenggarakan dialog-dialog keagamaan yang dapat mempersatukan berbagai aliran yang ada," kata Hermanu yang merupakan Ketua Prodi Pascasarjana Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS tersebut.

Dia mengatakan aliran-aliran fundamentalisme yang selama ini menyeruak ke berbagai lapisan masyarakat, seperti kaum muda, merasa dikucilkan dari masyarakat yang menilai mereka "berbeda".

"Harus ada dialog antarumat beragama sebagai bentuk penghargaan kepada kelompok-kelompok aliran itu untuk membuka apa yang selama ini diperdebatkan publik," kata Hermanu yang mempelajari tentang sejarah Islam tersebut.

Hermanu mengkhawatirkan adanya aliran fundamentalisme yang diketahui telah memasuki generasi muda di tingkat universitas dan sekolah menengah atas, juga akan masuk ke kalangan pelajar sekolah menengah pertama (SMP).

"Yang saya tahu, aliran-aliran itu mencari pemuda-pemuda yang tengah mencari jati diri dan dikhawatirkan memang mereka masuk ke kalangan muda hingga anak-anak SMP," kata dia.

Menurut dia, aliran fundamentalisme yang berkaitan dengan agama tertentu telah ada di Indonesia sejak akhir tahun 1870 yang berfungsi untuk menentang sekularisasi dari Belanda.

"Dari sana, terlihat memang bahwa aliran-aliran itu masuk ke ranah politik. Kini, mereka bergerak dengan menyelingkuhkan agama dengan ekonomi seperti gerakan yang mencari dana melalui orang-orang yang mengikuti alirannya," kata dia.

Hermanu pun mengapresiasi adanya film yang disutradarai oleh Garin Nugroho bertajuk "Mata Tertutup" yang mencoba menggambarkan tentang aliran fundamentalisme dan radikalisme yang masuk ke kalangan muda.

"Ini film yang bagus untuk menunjukkan pada orang tua bahwa mereka memang harus selalu melihat realita yang dihadapi anak-anak mereka di dunia ini," kata dia.

Produser Eksekutif Film "Mata Tertutup" dari Maarif Institute Riza Fajar mengatakan film berdurasi 90 menit tersebut diproduksi dengan menyodorkan sebagian fakta tentang anak muda yang terfiltrasi kelompok-kelompok radikal.

Menurut Riza, film yang terinspirasi dari kasus-kasus dari kelompok Jamaah Islamiyah dan Negara Islam Indonesia tersebut mencoba merefleksikan realitas tentang adanya permasalahan struktural di negara tentang adanya pencampuran agama dengan masalah sosial, ekonomi, dan politik yang menyuburkan radikalisme.

"Film ini memang bukan menyodorkan solusi tentang masalah kita saat ini. Semoga film ini menjadi awalan dari dialog tentang apa yang selama ini sudah mapan di kehidupan kita, tentang agama, fundamentalisme, radikalisme, dan lainnya," kata Riza. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011