Ini adalah kesempatan besar untuk mencerahkan rakyat di Utara"
Seoul (ANTARA News) - Korea Utara hari ini mengatakan bahwa jutaan orang terpukul hatinya untuk kemudian meratapi kepergian "Pemimpin Tercinta" Kim Jong-Il yang kematiannya membuat dunia berebut mencari informasi mengenai penggantinya yang masih muda itu.

Mesin propaganda Korea Utara diputar kembali untuk mengamankan warisan mendiang diktator itu dan menciptakan kepribadian sama untuk anak termuda sang diktator, Kim Jong-Un, yang dipersiapkan guna mewarisi dinasti komunis terakhir di dunia.

Cuplikan berita televisi yang disiarkan Rabu ini mempertontonkan air mata membasahi wajah memerah Jong-Un saat dia berdiri menghadap jenazah mendiang ayahnya yang berbaring dalam keranda kaca di Kumsusan Memorial Palace, Pyongyang .

Sang penguasa baru yang dibalut jaket hitam ala Mao  Zedong, menjabat tangan para undangan yang tengah berduka yang berpakaiankan seragam militer hitam, kadang membungkuk kepada mereka. Seorang perempuan muda berbusanakan pakaian duka berdiri di sampingnya sembari menangis.

Di tempat lain di kota itu, para penduka terlihat menangis di depan foto Kim Jong-Il yang memimpin era 1990an yang dilanda kelaparan yang menewaskan raturan ribu orang.  Badan mereka terguncang karena tangis yang tak tertahankan.

"Tempat  ini berubah menjadi lautan orang-orang berkabung yang menangis tersedu-sedu sambil menatap potret Kim Jong-Il yang tengah tersenyum," lapor kantor berita Korea Utara seperti dikutip AFP.

Media Korea Utara melaporkan bahwa setidaknya lima juta orang telah mengunjungi patung dan potret sang mendiang pemimpin di seluruh penjuru ibukota Pyongyang untuk menunjukkan hormatnya kepada sang pemimpin.

Gambaran itu menunjukkan lebih dari seperlima total penduduk Korea Utara.

Kehadiran Kim Kong-Un melalui siaran televisi  itu langka terjadi. Orang ini telah digadang-gadanggkan untuk mewarisi kepemimpinan di negara pemilik senjati nuklir meski umurnya baru menginjak akhir 20-an tahun.

Negara-negara tetangga Korea Utara dan Amerika Serikat yang terikat perjanjian untuk melindungi Korea Selatan dan Jepang, mencermati proses transisi di Utara ini dengan hati-hati.

Victor Cha, yang mantan penasehat urusan Korea dari eks presiden AS George W. Bush, mengatakan tidak mengetahui pasti Kim Jong-Un dan segala upaya AS untuk merangkulnya seiring dengan risiko merongrongnya.

"Itu seperti akuarium. Kita semua mencermatinya dan kami mencoba menggambarkan bagaimana segala sesuatunya terjadi," katanya.

Kekuatan-kekuatan besar seperti berada di kegelapan selama dua hari sampai kemudian seorang presenter televisi dengan muka sembab dibasahi air mata, Senin lalu, mengumumkan bahwa Kim Jong-Il menderita serangan jantung yang fatal di usia 69 selagi bepergian dalam salah satu kunjungan kerjanya.

Utara mengimbau rakyat dan militer bersatu di belakang Kim Jong-Un yang digambarkan sebagai "pengganti agung".

Para analis memperkirakan sedikit kehebohan --setidaknya untuk sekarang-- karena para anggota rezim yang ada sekarang memiiliki kepentingan untuk mempertahankan status quo.

Kepala dinas intelijen Korea Selatan memperkirakan seorang pemimpin caretaker akan memegang kendali sementara sampai sang pengganti berkuasa penuh, demikian laporan kantor berita Yonhap mengutip sebuah laporan yang disampaikan dalam sebuah sesi pertemuan tertutup di parlemen negara itu.

Dinas intelijen Korea Selatan mengatakan pemimpin interim kemungkinan  akan dipimpin oleh sebuah komisi partai penguasa yang dikendalikan Jong-Un.

Kim senior dilaporkan telah mempersiapkan anak termudanya sebagai penggantinya sejak diserang stroke pada Agustus 2008. September tahun lalu Jong-Un telah mengangkat seorang jenderal bintang empat dan memberinya pos senior di partai.

Korea Selatan yang secara teknis masih terlibat perang dengan Utara, mengumumkan akan mengirimkan pihak swasta untuk menyampaikan pesan bela sungkawa yang merupakan salah satu isyarat rekonsiliasi dengan tetangganya itu.

Langkah ini ditempuh sehari setelah terjebak dalam satu rencana untuk menghadirkan lampu Natal di dekat perbatasan kedua negara yang kemudian membuat heboh Pyongyang.

Seoul melanjutkan penghadiran pohon Natal itu Desember tahun lalu yang mengakhiri penangguahan selama beberapa tahun untuk tidak menampilkan pohon Natal di perbatasan. Langkah ini ditempuh Selatan setelah bombardemen Utara ke wilayah perbatasannya sehingga menewaskan empat orang Korea Selatan.

Korea Selatan juga menuduh tetangganya itu telah menorpedo kapal perangnya pada Maret 2010 sehingga kehilangan 46 pelautnya.

Selasa kemarin Selatan mengirimkan pesan simpatiknya ke rakyat Korea Utara, namun menyatakan tidak akan mengirimkan delegasi resmi penyampai duka cita ke Pyongyang.

Para pembelot Utara yang menghindari kekuassan kejam Kim ke Korea Selatan telah berencana menggunakan balon untuk menerbangkan 200.000 leaflet yang mengutuk mendiang pemimpin Utara itu, Rabu ini.

Utara yang mengendalikan secara ketat lalu lintas informasi ke luar perbatasannya, di masa lalu berulang kali mengancam akan menghujani perbatasannya dengan tembakan untuk menghentikan manuver-manuver para pembelot itu.

"Ini adalah kesempatan besar untuk mencerahkan rakyat di Utara," kata pembelot kenamaan Park Sang-Hak kepada AFP. (*)

sumber AFP

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011