Paju, Korea Selatan (ANTARA News/AFP) - Para pembelot dari Korea Utara mengirimkan selebaran-selebaran yang menyerukan pemberontakan di negara komunis itu, melintasi perbatasan dari Korea Selatan, Rabu setelah pemimpin Kim Jonh-Il meninggal.

Sekitar 200.000 pamflet yang dibawa balon-balon dengan pengatur waktu untuk menyebarkannya, berisikan berita tentang pemberontakan rakyat Arab (Arab Spring) dan mencerca transisi dinasti Korea Utara kepada putra bungsu Kim, Kim Jong-Un.

"Rakyat bangkitlah.Berjuang dengan berani seperti yang dilakukan rakyat Afrika untuk menghentikan suksesi generasi ketiga," kata isi selebaran itu.

Peluncraan itu dilakukan dua hari setelah Korut mengummkan bahwa pemimpin mereka meninggal, Sabtu akibat serangan jantung dalam usia 69 tahun.

"Kami menyambut kematian yang menyedihkan Kim Jong-Il," teriak para pembelot dan aktivis, yang juga mengeluarkan sebuah pernyataan mengecam putra bungsu almarhum itu karena mewarisi kediktatoran dari ayahnya.

Media pemerintah Korut, Rabu memberitakan bahwa jutaan orang yang bersedih ke luar rumah untuk ikut belasungkawa atas kematian Kim, dengan televisi menayangkan gambar para pelayat yang menangis di depan potret pemimpin mereka itu.

Para aktivis Korsel secara reguler mengirim selebaran-selebaran melintasi perbatasan yang mengecam dinasi Kim yang berkuasa atau membawa berita-berita pembrontakan rakyat yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara pada tahun lalu.

Korut, yang mengawasi dengan ketat berita-berita dari luar, mengancam akan menembaki perbatasan yang dijaga ketat itu untuk menghentikan pengiriman selebaran itu.

Pemerintah Korsel membuat isyarat perdamaian kepada tetangganya itu setelah kematian Kim, membatalkan satu rencana untuk memasang lampu-lampu Natal dekat perbatasan kedua negara.

Seoul mulai kembali memasang lampu-lampu itu Deember tahun lalu mengakhiri penangguhan selama beberapa tahun, setelah penembakan sebuah pulau perbatasan Korsel yang menewaskan empat orang termasuk dua marinir Korsel pada bulan sebelumnya.

Korel juga menuduh tetanganya itu menorpedo sebuah kapal perang Maret 2010 yang menewaskan 46 plautnya.

Korsel menyatakan simpatinya kepada rakyat Korut tetapi mengatakan pihaknya tidak akan mengirim satu delegasi resmi ke Pyongyang untuk menyampaikan ucapan belasungkawa.
(H-RN/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011