Ada lebih banyak potensi dalam inisiatif baru tersebut ... memberikan visi keamanan yang komprehensif, kooperatif dan berkelanjutan
Islamabad (ANTARA) - Inisiatif Keamanan Global yang diusulkan oleh Presiden China Xi Jinping merupakan langkah penting ke arah yang benar, mencerminkan komitmen China untuk menjunjung tinggi perdamaian, keamanan, dan kemakmuran dunia, kata seorang pakar Pakistan baru-baru ini.

Menganut konsep membangun masyarakat dengan masa depan bersama bagi umat manusia, China terus memainkan peran penting dalam pertumbuhan, pembangunan, dan keamanan global sembari mempromosikan multilateralisme otentik, menolak mentalitas Perang Dingin, dan mempertahankan kebijakan nonintervensi, ujar Farhat Asif, Presiden Institut Studi Perdamaian dan Diplomatik, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Islamabad, kepada Xinhua dalam wawancara baru-baru ini.

"Ada lebih banyak potensi dalam inisiatif baru tersebut ... memberikan visi keamanan yang komprehensif, kooperatif dan berkelanjutan akan membantu negara-negara yang akan menjadi bagian dari inisiatif itu untuk tumbuh lebih jauh dalam lingkungan yang aman dan damai," tambah pakar tersebut.

Asif menuturkan bahwa China telah bekerja dalam pembangunan ekonomi global dan meluncurkan beberapa inisiatif, termasuk Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) serta Inisiatif Pembangunan Global, yang telah memungkinkan masyarakat di seluruh dunia untuk memetik manfaat dari kerja sama yang saling menguntungkan. Bagaimanapun, perdamaian dan keamanan yang berkelanjutan dilandaskan pada kemakmuran.

Ada lebih dari 140 negara dengan latar agama, budaya, bahasa dan status sosial ekonomi yang berbeda yang akan menjadi bagian dari BRI. Hal ini menunjukkan inklusifitas dan hubungan yang harmonis di antara mereka, ucapnya.

Pakar itu mencatat bahwa Inisiatif Keamanan Global yang diajukan oleh China lebih berorientasi pada masyarakat, yang berusaha mengejar keselamatan dan keamanan bagi semua orang di dunia, berbeda dari beberapa negara Barat yang hanya mengejar keselamatan mereka sendiri berdasarkan pada desain hegemoni.

Pembatasan dan mentalitas Perang Dingin dari Barat telah sangat merusak perdamaian dan keamanan global, menciptakan krisis kemanusiaan yang suram dan tantangan keamanan internasional, katanya.

Konflik Rusia-Ukraina baru-baru ini menjadi "contoh klasik" dari kasus tersebut, yang muncul ketika kelompok-kelompok negara tertentu mengabaikan tuntutan keamanan negara lain, seraya memastikan keamanan mutlak bagi diri mereka sendiri, kata pakar tersebut, seraya menambahkan bahwa "ada persyaratan bagi negara-negara ini untuk memilih dialog dan diplomasi alih-alih memperburuk keadaan lebih jauh."

Pakar tersebut mengatakan bahwa inovasi teknologi dan perkembangan media sosial telah memperkuat interkoneksi dan interdependensi antarnegara. Dunia telah menjadi sebuah desa global yang membutuhkan multilateralisme nyata dan peningkatan kerja sama alih-alih unilateralisme guna memerangi tantangan, termasuk pandemi, perubahan iklim, dan ketahanan pangan.

Mengingat keamanan satu negara terkait dengan keamanan negara lain, inisiatif baru yang diusulkan oleh China, yang lebih berfokus pada pembangunan manusia dan keamanan, tentunya akan memungkinkan partisipasi inklusif dari setiap negara, imbuhnya.
Sumber: Xinhua Global Service
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022