Washington (ANTARA News/AFP) - Amerika Serikat segera mengakui bertanggung jawab atas serangan udara di Pakistan pada bulan lalu, yang menewaskan 24 tentara, kata media negara adi daya itu pada Kamis mengutip keterangan pejabat Amerika Serikat.

Hasil penyelidikan tentara Amerika Serikat, yang akan diberikan kepada pejabat pertahanan pada Jumat, menunjukkan pasukan khusus Amerika Serikat dan Afghanistan salah dalam menyimpulkan tidak ada pasukan Pakistan di wilayah perbatasan itu sebelum memberikan persetujuan kepada serangan tersebut, kata pejabat dekat dengan penyelidkan itu kepada "Wall Street Journal".

Penyelidikan itu menyatakan serangan tersebut dianggap dibenarkan saat tentara Pakistan menembak pertama ke pasukan khusus Amerika Serikat dan Afghanistan di perbatasan itu, kata "New York Times", yang juga mengutip keterangan pejabat negara adi daya tersebut tanpa menyebutkan namanya.

Pakistan menuntut permintaan maaf penuh dari Presiden Barack Obama atas serangan itu, sementara pejabat Amerika Serikat bersikukuh bahwa kejadian 26 November itu kesalahan, yang patut disesalkan.

Serangan mematikan itu meningkatkan ketegangan pada hubungan rapuh kedua negara tersebut, dengan Islamabad memotong jalur penting pasokan NATO untuk Afghanistan dan pejabat Pakistan menuduh Amerika Serikat sengaja menyasar pasukan mereka di perbatasan.

Penyelidikan tentara itu menemukan bahwa pasukan Amerika Serikat memberi keterangan tidak cermat kepada tentara Pakistan di wilayah tersebut sesudah serangan itu, kata "Journal".

Salah keterangan di antara pasukan Amerika Serikat dan Pakistan itu disalahkan dalam laporan tersebut, kata pejabat seperti dikutip "Times".

"Masalah menyeluruh, yang mengelilingi kejadian itu, adalah kurang kepercayaan antara pemerintah Amerika Serikat dengan Pakistan sebelum serangan tersebut," kata pejabat kepada "Journal".

Hasil penyelidikan tentara itu, yang menyalahkan Amerika Serikat dan Pakistan, dapat lebih lanjut membuat marah Islamabad, tempat pejabat bersikeras tentara mereka tidak melakukan kesalahan dan tidak menembak pertama.

Di Washington pada pekan lalu, pejabat kedutaan Pakistan menyatakan pasukan NATO tidak mungkin keliru bahwa dua pos di perbatasan Afghanistan itu adalah markas pejuang, seperti, Taliban, karena keduanya bangunan tinggi di ketinggian.

Pejabat Pakistan menolak menduga-duga mengenai alasan Amerika Serikat melakukan serangan disengaja.

Peristiwa itu terjadi di tengah ketegangan tinggi Amerika Serikat dengan Pakistan, yang tentaranya - sejak lama menjadi lembaga terkuat di negara tersebut - dipojokkan sejak serangan rahasia negara adi daya tersebut pada Mei, yang membunuh Osama bin Laden.

Rakyat Pakistan menganggap itu perang Amerika Serikat dan harus segera diakhiri.

Mereka menyatakan penderitaan menjadi lebih pahit, karena 24 tentara korban serangan NATO tewas dalam perang Amerika Serikat, yang mereka percaya tidak harus dilakukan Pakistan.

"Ini bukan pertama kali Amerika Serikat menyerang tentara kita, tapi pemerintah kita tidak menanggapi," kata Mussarrat - keluarga tentara korban serangan udara itu - menjerit, "Tidak cukup membunuh tentara tak berdosa, pencari nafkah untuk anak-anak mereka."

"Perang ini harus berakhir sekarang," kata Said Beguman (70 tahun), ibu Husain (korban lain), dengan selendang menutupi rambut abu-abunya duduk di rumah sederhananya, yang dibanjiri pelayat di desa Bhagwal, 120 kilometer selatan Islamabad.

"Ini membawa kehancuran ke negara kami," tambahnya, "Saya ingin perdamaian bagi anak-anak lain. Perang ini tidak untuk siapa pun dan pemerintah kami harus keluar dari itu."

(U.B002/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011