Washington (ANTARA) - Warga Amerika Serikat (AS) telah pasrah menerima kenyataan tingginya tingkat kematian dan penderitaan akibat COVID-19 dan insiden penembakan yang terjadi di seluruh negeri, demikian dilaporkan The Associated Press (AP).

Tingginya angka kematian berasal dari "penyebab yang dapat dicegah," dan terlihat adanya "penerimaan yang nyata" bahwa tidak ada tanda-tanda perubahan kebijakan, ungkap laporan itu.

"Kita akan menoleransi begitu banyak pembunuhan massal, penderitaan, dan kematian di AS, karena kita sudah menoleransinya selama dua tahun terakhir. Kita sudah menoleransinya sepanjang sejarah kita," tutur Gregg Gonsalves, seorang ahli epidemiologi, seperti dikutip oleh AP.

Beberapa komunitas tertentu di AS "selalu menanggung beban tingkat kematian yang lebih tinggi," kata laporan itu, seraya menambahkan bahwa "ada ketidaksetaraan ras dan kelas yang mendalam di AS."

Sonali Rajan, seorang profesor Universitas Columbia dan peneliti tentang kekerasan di sekolah, mengatakan para pejabat terpilih telah mengabaikan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Warga AS "berhak untuk dapat pergi bekerja tanpa sakit, atau bekerja di suatu tempat tanpa sakit, atau mengirim anak-anak mereka ke sekolah tanpa kemudian menjadi sakit," demikian dikatakan Rajan seperti dikutip AP. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022