Bek sekaligus kapten Real Madrid Sergio Ramos mengangkat trofi Liga Champions dikelilingi rekan-rekannya seusai menjuarai musim 2017-18 dengan mengalahkan Liverpool dalam partai final di Stadion NSC Olimpiyskiy, Kiev, Ukraina, pada 28 Mei 2018. (ANTARA/AFP/Luis Gene)

Yang manis

Sementara Liverpool mendarat di Kiev dengan angan-angan mendapat pijakan untuk kebangkitan masa keemasan mereka, Real Madrid tiba sebagai juara bertahan Liga Champions dua musim beruntun dan tiga kali merajai kompetisi itu dalam kurun waktu empat tahun.

Cristiano Ronaldo, Karim Benzema, dan Gareth Bale menghiasi lini depan Real Madrid yang begitu mewahnya, sedangkan sang kapten Sergio Ramos menjadi poros utama kepercayaan sang manajer Zinedine Zidane.

Empat nama itu menjadi bagian dari sederet pemain yang begitu identik dari penampilan Real Madrid di dua final sebelumnya. Bahkan Ronaldo, Benzema, Bale, dan Ramos juga turut ambil bagian ketika Real Madrid melampaui garis La Decima di bawah arahan Carlo Ancelotti pada 2014.

Real Madrid mungkin tak sesubur Liverpool dalam perjalanan mereka menuju Kiev, tetapi modal yang dimiliki Los Blancos jauh lebih berharga karena pengalaman tiga final sebelumnya boleh jadi masih segar dalam ingatan Ronaldo dkk.

Ketika Dani Carvajal harus ditarik keluar saat babak pertama belum berlangsung penuh, Real Madrid punya pelajaran dari final 2014 bahwa pertandingan belum usai sebelum peluit tanda bubaran berbunyi.

Saat bola tembakan Isco membentur mistar gawang, Real Madrid bisa berkaca sulitnya mereka meruntuhkan solidnya penampilan kiper Atletico Madrid Jan Oblak pada final 2014 hingga Ramos mampu menyamakan kedudukan pada menit tambahan babak kedua.

Baca juga: Gagal juarai liga lecut semangat Liverpool untuk juarai Liga Champions

Maka, ketika ada sedikit celah kecerobohan dilakukan oleh Loris Karius, Benzema dengan cermat menyergap laju lemparan bola dan memantulkannya ke gawang Liverpool untuk membuka keunggulan Real Madrid dengan manis.

Lantas saat Sadio Mane bisa membalas, Bale dengan cermat menemukan ruang kecil di dalam kotak penalti untuk mencetak tendangan salto nan spektakuler yang tak kalah manis untuk merestorasi keunggulan Real Madrid.

Sementara ketika Bale melepaskan tembakan spekulasi dari jarak jauh dan Karius melakukan blunder berikutnya, Real Madrid mengecap buah manis perjuangan mereka lagi di Kiev untuk mengangkat trofi paling bergengsi Eropa ke-13 itu.

Zidane menahbiskan dirinya sebagai pelatih pertama yang bisa menjuarai Liga Champions tiga musim beruntun adalah buah manis lainnya yang tentu dinikmati bersama segenap skuad Real Madrid.

Benzema jelas masih merasakan kecap manis dari Kiev 2018 dan ia bisa menjadikannya senjata ampuh untuk mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan di Stade de France nanti.

Seperti kisah-kisah final Liga Champions lainnya, pahit dan manis adalah bagian mutlak yang nanti juga pasti akan terjadi di Stade de France. Pertanyaannya kemudian adalah siapa yang membawa pulang pengalaman manis, dan siapa yang berakhir dengan sekantung pil pahit.

Baca juga: Salah pilih Real Madrid agar bisa balas dendam

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022