Ketika cara yang digunakan itu salah maka tujuannya juga akan salah
Kupang (ANTARA) - Akademikus Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Mikhael Rajamuda Bataona menilai pengusiran pejabat di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, oleh Bupati menjadi fenomena yang membuktikan buruknya etika berkomunikasi elite politik di ruang publik.

"Saya membaca aksi itu sebagai fenomena buruknya etika berkomunikasi elite politik di ruang publik. Termasuk buruknya pemahaman para elite dan aktor politik tentang pentingnya menjaga cara dan tujuan sebuah tindakan," katanya ketika dihubungi di Kupang, Jumat.

Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira mengemukakan pandangan itu berkaitan dengan pengusiran Kepala Dinas Ketahanan Pangan oleh Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo karena menggunakan handphone saat sedang berlangsung rapat pada Kamis (26/5).

Menurut dia, elite politik lupa memahami bahwa cara berkomunikasi yang baik itu sangat penting dalam rangka mencapai sebuah tujuan yang menurut mereka baik.

"Ketika cara yang digunakan itu salah maka tujuannya juga akan salah," kata.

Baca juga: Pakar: Anggota Dewan Perlu Pembekalan Etika Komunikasi

Selain itu, aksi tersebut juga menunjukkan bahwa Bupati Sikka sudah terjebak dalam cara berpikir praktis pragmatis bahwa tujuan itu jauh lebih penting daripada cara.

"Jadi, sebagai Bupati dengan cara memarahi sang kepala dinas di muka umum, tujuannya pasti tercapai. Yaitu kepala dinas tersebut akan malu dan berubah sikapnya," katanya.

"Padahal secara moral, cara juga penting. Cara jangan sampai mengorbankan tujuan. Orang tidak boleh menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan," katanya lagi/

Meskipun tujuannya bahwa dengan marah, sang kepala dinas akan malu dan berubah sikap sekaligus sebagai peringatan bagi semua pejabat yang lain. Akan tetapi, karena cara yang dipakai dalam berkomunikasi itu kurang etis, kasar, dan vulgar, maka Bupati Sikka sendiri sedang mengorbankan tujuan mulianya.

Menurut dia, dengan memarahi sang kepala dinas di depan umum, dengan komunikasi verbal yang keras dan tajam bahkan mungkin oleh sebagian masyarakat Sikka dimaknai sebagai sesuatu yang sangat kasar dan vulgar seperti itu, masyarakat tidak akan lagi melihat tujuan di balik cara berkomunikasi seperti itu.

Masyarakat justru menilai secara sederhana bahwa Bupati Roby sudah melampaui batas dalam berkomunikasi di ruang publik.

"Jadi sekali lagi, meskipun tujuannya baik dan mulia, yaitu demi penegakan disiplin ASN dan pejabat di Sikka, karena cara berkomunikasinya dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang terlalu vulgar dan kasar, maka tujuannya yang mulia tadi sudah dikorbankan," katanya.

Rajamuda Bataona mengatakan dalam peristiwa itu, masyarakat Sikka yang dirugikan karena citra Kabupaten Sikka sedang dipertaruhkan. Ketika kasus ini viral di media sosial lalu dinilai secara negatif oleh publik Indonesia, maka citra Kabupaten Sikka juga akan rusak.

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2022