Jakarta, 30/12 (ANTARA) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutardjo memberikan bantuan Program Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) Perikanan Budidaya sebesar Rp 500 juta bagi 5 kelompok pembudidaya ikan serta 1 unit alat berat excavator, hari ini (30/12) di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut, Desa Gondol Kabupaten Buleleng, Bali.

     Sharif dalam sambutannya, mengharapkan dengan bantuan PUMP dapat menggenjot hasil produksi perikanan agar dapat mengalami peningkatan tiga kali lipat dari produksi saat ini.

     "Bantuan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena program tersebut searah dengan tujuan pilar pembangunan nasional dalam bidang ekonomi berbasis kerakyatan," sebutnya.

     Program ini amat mendukung peningkatan perekonomian masyarakat sehingga masih diharapkan kegiatan ini dapat berlanjut secara berkesinambungan, dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi warga yang mandiri.

      "Bantuan yang diberikan ini merupakan bantuan Langsung masyarakat (BLM) PUMP dengan sasaran masyarakat atau kelompok masyarakat kelautan dan perikanan dengan skala Industri Mikro budidaya, seperti pembenihan bandeng, kerapu, kerang mutiara dan abalone." ujarnya.
 
     Lebih lanjut ia mengatakan, bantuan program PUMP bertujuan untuk mendorong peningkatan produksi, menumbuhkan wirausaha dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan di pedesaan, PUMP dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan KKP maupun Kementerian/Lembaga lain di bawah payung program PNPM Mandiri. Di samping itu, program PUMP diupayakan juga dapat mendukung kegiatan pembangunan kawasan minapolitan.

     Sementara itu Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL, Gondol-Bali) di Kabupaten Buleleng, telah mendukung penyediaan teknologi, khususnya bagi perikanan budidaya. Hasil penelitiannya telah mampu diadopsi oleh petani ikan dan pengusaha Hatchery Skala Rumah Tangga (PHSRT) sehingga saat ini telah ada 52 Hatchery Lengkap (HL) dan 1800 unit backyard yang memproduksi benih ikan bandeng, kerapu, kakap dan tiram mutiara di sepanjang Pantai Gerokgak.

     Lebih lanjut ia mengatakan, agar para pembudidaya dapat memanfaatkan Balai Besar ini sebagai tempat bertanya untuk menggali teknologi agar usaha-usaha yang sedang dijalankan dapat lebih produktif.

     HSRT berkembang di sepanjang pantai kini mencapai 2.000 unit yang memproduksi benih kerapu dari telor sampai menjadi benih ukuran lima hingga tujuh sentimeter. untuk membesarkan bibit hingga mencapai ukuran tersebut membutuhkan waktu selama 25 bulan dan selanjutnya benih tersebut dibesarkan dalam keramba jaring apung (KJA) selama delapan bulan hingga siap dipanen untuk dipasarkan.

     Sementara itu, perikanan budidaya Buleleng telah lama berkembang tidak hanya budidaya laut dan budidaya air payau namun juga terdapat pula budidaya air tawarnya. Beberapa pembudidaya masih mengandalkan benih yang berasal dari luar daerah karena tidak tersedianya benih dalam jumlah yang cukup dan berkualitas sehingga sebenarnya usaha pembenihan di Buleleng sangat potensial untuk dikembangkan. Apalagi kini para pembudidaya-pembudidaya baru banyak bermunculan di daerah Buleleng dan juga sejalan dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membuat terobosan dalam memajukan perikanan budidaya.

     Terdapat beberapa usaha pembenihan yang potensial dan beberapa sudah berjalan di Buleleng di antaranya, Unit Pembenihan Rakyat,  Pembenihan ikan kerapu, Pembenihan Udang Galah, Pembenihan Ikan Hias. Saat ini jumlah Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang terdapat di kabupaten Buleleng sebanyak 6 unit dengan produksi sebanyak 591.500 ekor.

     Sektor perikanan Bali yang menjadi salah satu perdagangan ekspor prima Bali selain garmen, Vanili dan aneka kerajinan, sebagian besar atau sekitar 57 persen dibeli konsumen asal Jepang, menyusul AS, Australia dan Hongkong.Sektor perikanan selama Januari-Oktober 2011 bernilai 85,8 juta dolar AS, berkurang 9,16 persen jika dibandingkan periode yang sama 2010 yang mencapai 94,4 juta dolar.

     Ikan kerapu yang merupakan jenis mata dagangan baru dari Bali juga memberikan andil besar di kelompok ini yakni seharga 8 juta dolar hasil pengapalan 1.488 ton dengan negara tujuan utama adalah China, Taiwan dan Jepang.

     Bali mengekspor sedikitnya sebelas jenis ikan ke pasaran ekspor, namun kebanyakan nilainya di bawah satu juta dolar akibat pengiriman ke negara tujuan masih mengandalkan pasokan nelayan dan petani dari Jawa, kemuadian Bali merupakan pionir produsen kerapu dan benih bandeng di Indonesia berkat dukungan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya laut yang ada di Gondol, Kabupaten Buleleng, Bali utara.

     Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Dr. Ir. Yulistyo Mudho, M. Sc, Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan (HP. 0811836967)





Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2011