Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, obligasi internasional Indonesia yang ditawarkan ke pihak asing mengalami kelebihan pesanan (oversubscribed) empat kali. "Ya (obligasi internasional -red) oversubscribed empat kali," kata Sri Mulyani di Gedung Depkeu, Jumat. Sementara itu Dirjen Perbendaharaan Depkeu Mulia T Nasution mengatakan, global bond yang mengalami oversubscribed itu bernilai 2 miliar dolar AS atau sesuai dengan target dalam APBN 2006. "Tentunya kita harapkan, ini tidak hanya menutupi defisit anggaran tetapi juga menjadi benchmark. Itu juga mencerminkan kepercayaan dunia internasional atas kemajuan dan kejelasan program pembangunan Pemerintah," kata Mulia. Mengenai kemungkinan penerbitan obligasi internasional kembali mengingat tingginya permintaan, Mulia hanya mengatakan bahwa Pemerintah harus mengikuti APBN. Sementara itu berdasarkan data dari Departemen Keuangan, obligasi internasional tersebut dipecah menjadi dua dengan salah satu obligasi adalah pembukaan kembali atau re-open dari obligasi sebelumnya. Obligasi yang re-open bernomor Indo - 35 senilai satu miliar dolar AS dengan masa jatuh tempo hingga 12 Oktober 2035 dan bunga 7,375 persen. Sedangkan obligasi sisanya bernomor Indo - 17 bernilai satu miliar dolar AS dengan bunga 7 persen dan jatuh tempo 9 Maret 2017. Untuk pembayaran settlement adalah pada 9 Maret 2006. Nilai nominal penawaran Indo-17 sebesar 3,9 miliar dolar AS dengan 232 investor sedangkan re-open Indo-35 sebesar 3,7 miliar dolar AS dengan 189 investor. Join lead manager untuk obligasi ini Barclay Capital, JP Morgan dan UBS. Trustee dan agen pembayar, Bank of New York dengan waktu penerbitan 2 Maret 2006 di New York.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006