Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin pagi bergerak menguat sebesar lima poin didorong oleh intervensi dari Bank Indonesia (BI).

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Senin pagi menguat lima poin menjadi Rp8.995 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.000 per dolar AS.

"Mata uang rupiah cenderung menguat mengikuti naiknya nilai tukar euro terhadap dolar AS," kata analis pasar uang Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.

Ia menambahkan, pada akhir pekan lalu sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dolar AS termasuk rupiah.

"Tampaknya Bank Indonesia (BI) masuk ke pasar setelah seminggu pergerakkan rupiah terus mengalami tekanan," kata dia.

Meski demikian, lanjut dia, ada sentimen negatif dari ekonomi Cina yang diperkirakan melambat menjadi 8,5 persen di tahun 2012, dari perkiraan 9,2 persen tahun 2011.

Penurunan pertumbuhan ekonomi Cina itu, kata dia, juga dengan pertimbangan ekspor Cina ke Uni Eropa sebagai mitra dagang utama Cina akan turun, membuat surplus neraca perdagangan akan mengecil menjadi 102 miliar dolar AS, turun dari perkiraan 147,9 miliar dolar AS di 2011.

"Bagi Indonesia, perlambatan ekonomi Cina ini patut diwaspadai karena Cina merupakan mitra dagang negara yang utama terkait dengan ekspor berbasis CPO (sawit mentah) dan batubara," kata dia.

Pengamat pasar uang Rully Nova menambahkan, penguatan dolar AS selama sepekan kemarin terhadap mata uang domestik mendorong pelaku pasar uang melakukan ambil untung sehingga rupiah menguat.

"Penguatan rupiah lebih disebabkan `profit taking` dikarenakan dolar AS nilai sudah cukup tinggi," ujar dia.

Meski demikian, kata dia, sentimen penguatan rupiah akhir pekan ini hanya sementara, dikarenakan belum adanya sentimen positif yang berkembang saat ini,

"Kondisi ekonomi Indonesia tidak ada masalah, namun tekanan faktor eksternal masih cukup besar, rupiah masih tersandera dari belum pulihnya kondisi Eropa," ucap dia.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012