Temanggung (ANTARA News) - Gunung Sindoro di perbatasan Kabupaten Temanggung dengan Wonosobo, Jawa Tengah, cenderung terus mengeluarkan energi ditandai dengan lebih banyak gempa embusan dari pada aktivitas vulkanik lainnya.

Petugas Pos Pengamat Gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Gentingsari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung Yuli Rahmatullah, Selasa, mengatakan, gempa embusan mendominasi aktivitas Gunung Sindoro.

Bahkan, katanya, pada Senin (9/1) tidak terjadi aktivitas lain kecuali gempa embusan.

"Berdasarkan catatan seismograf, pada 9 Januari 2012 terjadi 13 kali gempa embusan, sedangkan aktivitas lain seperti gempa vulkanik maupun tektonik tidak muncul," katanya.

Ia mengatakan, dengan terjadi embusan berarti gunung tersebut mengeluarkan energi dari dalam.

"Semakin banyak embusan berarti semakin banyak energi terbuang," katanya.

Selama ini, katanya, hasil embusan berupa asap sulfatara yang mengepul di puncak Sindoro hampir tidak pernah terpantau dari pos pengamatan karena relatif tipis dengan tekanan tidak begitu kuat.

"Karena asap tipis maka ketika tertiup angin akan hilang. Selain itu, kami tidak bisa memantau kondisi puncak karena sering terhalang kabut," katanya.

Ia mengatakan, sekitar pukul 09.00 WIB ada laporan dari masyarakat Sibajak di lereng utara Sindoro bahwa mereka melihat kepulan asap di puncak Sindoro.

"Namun kami tidak mengetahui ketinggian kepulan asap tersebut, karena asap juga tidak bisa terpantau dari pos pengamatan yang berada di lereng timur Sindoro ini karena terhalang kabut," katanya.

Status aktivitas vulkanik Gunung Sindoro naik dari normal menjadi waspada sejak 5 Desember 2011. Hingga saat ini status gunung dengan ketinggian 3.150 meter di atas permukaan air laut itu tetap waspada.

"Hingga sekarang status masih waspada, kalau jarang terjadi gempa vulkanik dangkal kemungkinan baru diturunkan menjadi normal," katanya.

(U.H018/M029)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012