Jakarta (ANTARA News) - PT Petrokimia Gresik tahun ini menyiapkan investasi sekitar Rp1 triliun untuk menambah kapasitas serta memperbaiki infrastruktur dermaga dan distribusi.

"Banyak proyek yang mulai kami jalankan tahun ini dan sifatnya `multi-years` (beberapa tahun)," kata Dirut PT Petrokimia Gresik (PKG) Hidayat Nyakman, di Jakarta, Senin.

Empat proyek besar yang akan dilakukan PKG, kata dia, antara lain pembangunan pabrik amoniak urea yang membutuhkan investasi 700 juta dolar AS dan pembangunan pabrik asam fosfat senilai 200 juta dolar AS, yang bermitra dengan asing yaitu produsen batu fosfat, Jordan Phosphate Mine co Plc.

Selain itu, PKG juga akan melakukan revamping (perbaruan) pabrik asam sulfat dan asam fosfat senilai 200 juta dolar AS, pembangunan pabrik kalsinasi kapur berkapasitas 60 ribu ton per tahun, serta perluasan dermaga di Gresik senilai Rp500 miliar.

"Fasilitas pelabuhan kami di Gresik perlu diperbaiki untuk mengantisipasi perluasan pabrik dan tingginya arus bongkar muat kebutuhan pabrik dan distribusi," ujar Hidayat.

Untuk memperbaiki sarana distribusi pupuk bersubsidi baik urea dan non-urea yang menjadi kewajiban PKG, lanjut dia, pihaknya juga membangun gudang untuk pengantongan pupuk (in-bag) di Gresik dan Lampung, dan investasi pengadaan kapal angkut pupuk yang bekerja sama dengan PT Pusri Holding.

"Tahun ini kami juga mengembangkan 12 demplot (demonstration plot/proyek percontohan tanam) di seluruh Indonesia, seperti seluruh provinsi di Jawa, NTT, NTB, Lampung, Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, dan Sulawesi Selatan," kata Hidayat.

Demplot, lanjut dia, sangat diperlukan untuk membantu masyarakat mengetahui cara bercocok tanam dengan pemakaian pupuk berimbang yang efisien, yaitu menggunakan pupuk organik, pupuk majemuk (NPK), dan urea dengan perbandingan 5:3:2.

"Pada demplot-demplot tersebut, kami tidak menggunakan (pupuk) SP-36, dan terbukti di banyak tempat bisa menaikkan produksi padi mencapai 1,5 sampai 2 ton per hektare," ujar Hidayat.

Menurut dia, ke depan pupuk SP-36 tidak dibutuhkan lagi, karena kandungan fosfat yang dibutuhkan tanaman ada di NPK. Sayangnya, lanjut dia, sampai saat ini para petani masih mengandalkan SP-36, sehingga pupuk tersebut masih diproduksi.

Kinerja

Hidayat mengemukakan, pada 2011 PKG membukukan laba bersih (unaudit) sebesar Rp1,12 triliun atau naik sekitar 39,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp801 miliar.

"Kinerja penjualan dan keuangan tahun 2011 semakin membaik, dan pada 2012 kami menargetkan laba setelah pajak sebesar Rp1,39 triliun," ujarnya.

Pada tahun ini, lanjut dia, PKG memproyeksikan produksi pupuk sekitar 4,3 juta ton yang terdiri dari urea (450 ribu ton), ZA (750 ribu ton), SP-36 (510 ribu ton), NPK Phonska (2,4 juta ton), NPK Kebomas (126 ribu ton), dan ZK (8.000 ton).

Sedangkan target penjualan pupuk bersubsidi sekitar 5,5 juta ton yang terdiri dari urea, ZA, SP-36, Phonska, dan Petroganik. Selain itu, PKG juga menargetkan penjualan pupuk nonsubsidi sebesar 295 ribu ton dan produk nonpupuk sebesar 958.530 ton.
(T.R016/I007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012