Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Kedutaan Besar (Kedubes) Kosta Rika di Indonesia menjajaki kerja sama riset bidang pertanian.

"Kami di sini ingin mengeksplorasi potensi mengenai riset teknologi dan juga membangun hubungan antara otoritas Indonesia dengan Kosta Rika dalam hal riset dan pengembangan, atau peningkatan kualitas pangan, terutama padi," kata Duta Besar Kosta Rika Esteban Quiros Salazar dalam keterangan yang diakses ANTARA di laman resmi BRIN di Jakarta, Senin.

Duta Besar Kosta Rika telah melakukan kunjungan ke fasilitas BRIN di Pasar Jumat, Jakarta Selatan. Ia mengunjungi fasilitas iradiator dan area kebun percobaan pertanian dan peternakan BRIN.

Dalam menerima kunjungan duta besar tersebut, Kepala Pusat Riset Teknologi Proses Radiasi (PRTPR) BRIN Irawan Sugoro menyampaikan sejumlah kegiatan riset yang dilakukan BRIN terkait dengan pertanian seperti pemuliaan tanaman atau breeding mutasi tanaman untuk menghasilkan varietas baru.

Baca juga: BRIN: Penguatan komunitas maritim dukung kelestarian sumber daya laut

Baca juga: BRIN: Pengembangan nuklir di Indonesia perlu dukungan kebijakan


Breeding mutasi tanaman dengan teknik mutasi radiasi telah menghasilkan antara lain varietas padi, kacang kedelai, sorgum, dan jagung unggul.

Selain itu, Irawan menuturkan BRIN juga melakukan penelitian terhadap hewan, seperti penelitian vaksin teriradiasi dan suplemen pakan hewan, termasuk kit RIA atau IRMA untuk reproduksi hewan.

Hingga awal Desember 2020, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang sudah terintegrasi ke BRIN telah menghasilkan 44 varietas tanaman unggul dengan memanfaatkan teknologi nuklir, termasuk di dalamnya padi, kedelai, kacang hijau, sorgum dan gandum tropis.

Khusus untuk tanaman kedelai, sampai awal Januari 2021, Batan telah menciptakan 14 varietas unggul benih kedelai, yang sebagian besar sudah diperkenalkan kepada para petani di Tanah Air untuk meningkatkan produktivitas pertanian para petani.

Varietas unggul kedelai tersebut meliputi antara lain Kemuning 1, Kemuning 2, Sugentan 1 dan Sugentan 2. Kedelai Kemuning 1 dan Kemuning 2 dapat beradaptasi dengan baik di lahan kering dibandingkan dengan tanaman kedelai lainnya dan juga memiliki ukuran biji yang lebih besar.

Sugentan 1 dan Sugentan 2 memiliki umur tanam super genjah yakni sekitar 67-68 hari lebih cepat dibanding induknya yang mencapai umur 86-87 hari.

Produktivitas varietas kedelai tersebut juga lebih tinggi, yaitu 3,01 ton per ha dengan rata-rata 2,5 ton per ha, sedangkan induknya pada kisaran 2,2-2,4 ton per ha.

Varietas unggul kedelai Sugentan 1 dan Sugentan 2 merupakan hasil perbaikan varietas yang telah ada sebelumnya yakni Argomulyo, dengan penyinaran radiasi gamma.

Pemanfaatan teknologi nuklir untuk memperbaiki sifat tanaman dilakukan agar tanaman memiliki keunggulan tertentu, seperti tahan hama, tahan kekeringan, cepat panen dan produksi banyak.*

Baca juga: BRIN-Universitas Osaka kerja sama riset karakterisasi mangga Indonesia

Baca juga: Waspadai siklus nodal tingkatkan risiko banjir rob

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022