Jakarta (ANTARA News) - Pekan ini ada cerita manis di Liga Premier, Inggris, yaitu kembalinya tiga pemain veteran nan andal, yang saling unjuk gigi menjelang pensiun, namun disambut hangat para penggemar.

Hampir tak ditemukan komentar kurang sedap mengenai kembalinya Paul Scholes, Thierry Henry dan Robbie Keane ke kancah Liga Premier. Ya, ada saja memang yang kurang menyetujui kembalinya mereka, tapi jumlahnya sedikit. 

Justru dari situ,  yang membuat ketiganya sangat menarik bagi klub. Kontrak jangka pendek yang jauh dari risiko, tak terikat, dan yah, tentu saja lebih murah.

Boleh dikata, merekrut mereka adalah  mekanisme apik untuk menyamarkan kebutuhan yang lebih besar dari sebuah klub.

Jadinya timbul pertanyaannya, apa sih acuan permainan di Liga Inggris? Apakah ini mengisyaratkan begitulah pemain yang tersedia untuk direkrut? Atau mampukah klub memecahkan masalahnya dengan membuang uang kepada para pemain tua ini?

Jawabnya adalah sedikitnya pemain berkualitas adalah juga kurangnya usaha klub dalam mendapatkan yang ada di luar sana.

Lihat, bagaimana sulitnya Chelsea mendapatkan Gary Cahill. Klub pembeli dan penjual berunding, pemain ingin pindah, dan ada sisa enam bulan dari masa kontrak yang berlaku
.

Kealotan ini sulit untuk tak disebut gertakan. Ini sejenis kesepakatan yang diharapkan Chelsea terjadi begitu jendela transfer dibuka, seperti terjadi tahun lalu.

Yang jelas, dampak dari sistem keuangan yang adil dan aturan mengenai ukuran skuad tim yang diterapkan Liga Premier dan UEFA untuk mereka yang berlaga di kompetisi Eropa, mulai
 terasa.



Bahkan Roberto Mancini berharap bisa menjual sebelum dia membeli pemain.  Klub menjadi lebih berhati-hati dalam jual beli pemain.

Umumnya, manajer yang telah melengkapi skuadnya di musim panas tak pernah kehabisan waktu untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di pertengahan musim.  Namun pembatasan jumlah pemain yang direktur menciptakan masalah lain. Pemain harus diturunkan untuk menciptakan ruang untuk penambahan pemain, lalu tercipta keseimbangan antara mengganti pemain yang absen dan 
mempertahankan ruang bagi pemain yang absen jika mereka merumput lagi.


Dari situlah kesepakatan Scholes menjadi sangat menarik.  Sir Alex Ferguson tampak ingin menahan peluang Tom Cleverley untuk bermain dan pemain favoritnya yang lain, Darren Fletcher.

Di masa lalu, manajer yang tak menyukai jendela transfer di bulan Januari, memaksa diri untuk bergerak aktif di masa ini.

Enam musim lalu, United merekrut dua pemain yang kemudian menjadi tulang punggung klub dan selalu mendapatkan tempat utama di tim.  Mereka itu adalah Nemanja Vidic yang dibeli dari Spartak Moscow dengan harga 7 juta Euro, disusul tiga hari kemudian oleh Patrice Evra yang didatangkan dari Monaco dengan bandrol 5,5 juta Euro.

Arsenal juga membuat kesepakatan serupa pada Januari saat merekrut Andrey Arshavin dan sebelumnya Jose Antonio Reyes yang memecahkan rekor transfer klub itu.  Bahkan Aston Villa tak malu-malu lagi aktif di jendela transfer Januari ketika Darren Bent teken kontrak Januari tahun lalu dengan harga 18 juta Euro.

Kini, transfer pemain besar-besaran di luar klub kaya jarang terjadi.  Semua sudah jenuh dengan itu semua, apalagi performa biasa-biasa Fernando Torres and Andy Carroll yang didatangkan dengan dana yang besar, membuat "uang bukan jaminan".  (*)

disadur Monalisa dari The Guardian online

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2012