... Tiap tempat di mana dia sandar, di situ juga simpati dan kegandrungan masyarakat setempat tercipta karena keramahan alami dan tulus para personel TNI-Al pengawaknya...
Jakarta (ANTARA News) - KRI Dewaruci, kapal latih tiang tinggi buatan Jerman pada 1952 TNI-AL pernah keliling dunia pada 1964. Pelayaran kali itu yang dipimpin Overstee (letnan kolonel) Pelaut Sumantri, sangat gilang-gemilang sesuai semangat revolusi dan kebangkitan Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Kini, pada Minggu, bertempat dari Dermaga Ujung, Markas Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI-AL, kapal layar bertiang tiga berkelir putih itu memulai lagi pelayaran kedua dan terakhirnya untuk mengelilingi dunia, melintasi 21 negara.

Pelayaran selama 277 hari ke arah timur dengan jarak tempuh lebih dari 27.000 mil laut itu dipimpin Letnan Kolonel Pelaut Harris Bima. Upacara pelepasan sesuai tradisi TNI-AL dipimpin Kepala Staf TNI-AL, Laksamana TNI Soeparno, disaksikan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sapta Nirwanda, beserta segenap pimpinan TNI-AL.

Operasi militer resmi yang disandang KRI Dewaruci kali ini adalah Operasi Kartika Jala Krida Luar Negeri bagi 82 kadet dari Kors Pelaut Akademi TNI-AL. Keberadaan KRI Dewaruci bersama KRI Arung Samudra II memang didedikasikan secara khusus bagi kepentingan Akademi TNI-AL sebagai kapal latih.

Dalam pelayaran latih bagi para kadet TNI-AL itu, akan dilakukan pelayaran memakai peralatan pelayaran dan navigasi secara tradisional. Artinya, tidak memakai alat-alat modern secara penuh sebagaimana di kapal-kapal perang modern lain.

Jadi, mengemudikan kapal layar ini tidak dilakukan secara elektronika, melainkan memakai roda kemudi besar -- mirip pada kapal layar dalam film Pirates of the Carribean yang dibintangi Johhny Depp.

KRI Dewaruci sudah sangat sering berlayar keluar negeri, mengarungi tujuh samudera dan tidak terhitung lagi laut-laut di dunia. Tiap tempat di mana dia sandar, di situ juga simpati dan kegandrungan masyarakat setempat tercipta karena keramahan alami dan tulus para personel TNI-Al pengawaknya.

Secara kasat mata, KRI Dewaruci memiliki 16 layar berbagai ukuran dengan panjang kapal 58,30 m, lebar 9,50 m, draft 4,5 m, berat 874 ton, kecepatan mesin 10,5 knot dan layar 9 knot serta luas layar 1.091 meter persegi.

Akan tetapi, kali ini ada "pesan khusus" yang disandang dalam pelayaran yang muatan utamanya menghadiri Operation Sail 2012 dari Amerika Serikat itu. Ini adalah pelayara terakhir keliling dunia KRI Dewaruci.

Bicara soal Operation Sail ini, KRI Dewaruci mendapat kehormatan utama berupa keberhasilan membawa pulang trofi paling bergengsi di dunia pelayaran tiang tinggi, yaitu Trofi Cutty Sark pada 1997.

Trofi terbuat dari kristal padat itu disimpan bersisian dengan bendera Merah Putih dan bendera armada TNI-AL di ruangan paling terhormat di kapal itu, di lounge room komandan kapal, di bagian buritan. Masih banyak trofi lain di simpan di ruang paling terhormat di kapal itu.

"Kapal buatan Jerman tahun 1952 ini sudah berusia hampir 60 tahun, jadi sudah seharusnya segara pensiun," kata Soeparno.

Untuk itu, katanya, pihaknya sudah menyiapkan kapal baru KRI Dewaruci dan diharapkan tahun depan sudah beroperasi.

"Dalam bulan ini, tender pengadaannya diharapkan selesai. Pilihannya dua yakni dibuat di Polandia atau Spanyol. Anggaran yang dipersiapkan sekitar 80 juta dolar AS," katanya.

Jika semuanya lancar, kapal latih layar tiang tinggi baru --diperkirakan akan juga dinamai KRI Dewaruci-- akan menjelajahi perairan Nusantara. Dari Nusantara itu juga kelak, bendera Merah Putih akan dihadirkan ke seluruh dunia melalui jalur pelayarannya.

Jayalah selalu Dewaruci...  (A037)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012