Interaksi yang intens di antara anggota masyarakat dapat menimbulkan risiko segragasi.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Yayasan Manusia Welas Asih Semesta (MAWAS) Kurniawan Saefullah memandang perlu masyarakat sadar risiko, yaitu masyarakat yang bertindak dengan memikirkan risiko atau konsekuensi dari tindakannya itu, guna mencegah terjadinya intoleransi di Tanah Air.

"Sebagai suatu solusi (mengatasi persoalan intoleransi), mungkin yang diperlukan pada saat ini adalah masyarakat yang sadar risiko sehingga dapat melakukan mitigasi, yaitu minimal pemilahan informasi dan selalu berada di depan keberagaman," kata Kurniawan saat memberikan sambutan dalam acara "Bincang Santai dan Silaturahmi Masyarakat Sadar Risiko untuk Mencegah Intoleransi dan Dekulturasi Budaya Lokal", sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis.

Meskipun keanekaragaman adalah sebuah keniscayaan, menurut dia, dinamika dan interaksi yang intens di antara anggota masyarakat dapat menimbulkan risiko segragasi (pemisahan suatu golongan dengan golongan lain) dan konflik.

Bahkan, kata dia, segregasi dan konflik itu makin mungkin terjadi apabila dipicu oleh keberadaan kelompok intoleran yang memaksakan kehendak serta paham mereka untuk diyakini pula oleh orang lain.

Kurniawan menyampaikan contoh tentang masyarakat sadar risiko dari kalangan perokok. Ia mengatakan bahwa perokok yang sadar risiko adalah mereka yang menyadari risiko dari tindakannya terhadap masyarakat luas sehingga mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab.

Apabila para perokok mulai wawas diri, yaitu bertanggung jawab atas segala pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukannya, mereka pun bisa mempertimbangkan untuk beralih ke alternatif merokok yang lebih rendah risiko, baik untuk dirinya maupun risiko paparan asap kepada orang-orang di sekitarnya.

"Begitu pula pengemudi, sebaiknya mengerti risiko dari aktivitasnya sehingga dapat mengemudi kendaraan dengan kesadaran penuh dan tidak melakukan tindakan berisiko, seperti mengebut atau melanggar lampu lalu lintas," kata Kurniawan.

Pada kesempatan yang sama, Kurniawan mengatakan bahwa MAWAS mendukung terwujudnya masyarakat sadar risiko bersama Perkumpulan Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) dengan menyosialisasikan kesadaran risiko kepada masyarakat di bidang kesehatan, sosial, lingkungan, keberagaman, dan hak asasi manusia.

Dengan demikian, lanjut dia, Yayasan MAWAS yang didirikan pada tanggal 10 Juni 2021 pada dasarnya berusaha hadir untuk melengkapi berbagai inisiatif yang telah ada dari sejumlah pihak berkenaan dengan upaya pembangunan peradaban yang berbasis nalar, toleran terhadap kebinekaan, menghormati nilai-nilai kemanusiaan, dan menyebarkan kebaikan universal untuk menjadi rahmat bagi alam semesta, khususnya di Kota Bandung, Jawa Barat.

Kurniawan berharap MAWAS dapat berkolaborasi dengan komunitas lain guna mewujudkan masyarakat yang bertanggung jawab.

Baca juga: Habib Husein: Pentingnya jalin silaturahmi urai intoleransi

Baca juga: Moeldoko ajak MAKN waspadai paham radikal dan intoleransi
 

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022