Medan (ANTARA News) - Indonesia harus mengejar ketinggalan dari Malaysia untuk merebut pasar minyak sawit di Amerika Serikat yang potensinya semakin besar menyusul kebijakan negara itu yang memberlakukan keharusan kandungan trans fat (lemak trans) dalam produk makanan harus nol persen mulai Januari 2006. Ketua Harian Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Derom Bangun kepada ANTARA News di Medan, Senin, mengatakan, kebijakan itu karena kandungan trans fat membahayakan kesehatan. AS sejak Januari 2006 memberlakukan ketentuan bahwa kandungan trans fat dalam semua produk makanan yang diproduksi atau diperdagangkan di negara itu harus nol persen. trans fat terdapat dalam kandungan minyak yang terhidrogenasi seperti minyak kedele dan kanola yang selama ini digunakan sebagai bahan baku berbagai produk makanan. Ketentuan lemak trans nol persen itu, kata dia, jelas berakibat pada tindakan pengusaha pabrik makanan di negara itu mengganti penggunaan minyak terhidrogenasi (hydrogenated oils) ke minyak kelapa sawit. "Jadi sudah dipastikan permintaan minyak sawit dari AS meningkat pesat sehingga harus dimanfaatkan eksportir Indonesai," katanya. Menurut dia, selama ini Indonesia ketinggalan jauh dibanding negara tetangga produsen sawit lainnya yakn Malaysia merebut pangsa pasar minyak sawit di AS. Bahkan, kata eksekutif PT Kinar Lapiga itu, ekspor minyak sawit Indonesia ke AS yang sudah ada sebelumnya digeser Malaysia karena eksportirnya pro aktif melakukan lobi dan ekspor ke negara itu. Dia memberi contoh, ekspor minyak inti kelapa sawit (PKO/Palm Kernel Oil) Indonesia yang sudah mengalami kenaikan pada 2004 dengan jumlah 46.000 ton atau naik pesat dibandingkan realisasi 2002 yang masih 11.000 ton, justru mengalami penurunan lagi pada 2005 menjadi hanya 37.700 ton. Hal sama, katanya juga terjadi pada ekspor CPO, dimana pada 2005 ekspor CPO Indonesia tinggal 20.900 ton dari tahun 2004 yang sudah mencapai 41.893 ton. "Gapki akan mempromosikan minyak sawit Indonesia dalam pertemuan Fuel For Thought yang akan digelar di Phoenix, Arizona 21-25 Maret 2006," kata Bangun yang dipercaya menjadi utusan dan pembicara dari Indonesia.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006