Kupang (ANTARA News) - Pangkalan Utama TNI-Angkatan Laut (Lantamal) IX/Kupang dalam bulan ini bakal mengirimkan pasukan marinir ke Pulau Dana di selatan Kabupaten Rote Ndao dan Pulau Batek di utara Kecamatan Amfoang yang berbatasan dengan Timor Timur, kata Komandan Lantamal IX/Kupang, Laksamana Pertama Syharin AR. "Memang sudah ada pasukan TNI-AD di kedua pulau tersebut, namun kami memandang penting untuk menerjunkan lagi pasukan Marinir ke kedua pulau tersebut, karena kedua pulau itu sudah lama diincar Australia dan Timor Timur," kata jenderal bintang satu itu dalam Rapat Gabungan Komisi DPRD Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan Gubernur NTT, Piet A. Tallo, di Kupang, Senin. Rapat Gabungan Komisi itu dipimpin langsung Ketua DPRD NTT, Melkianus Adoe yang dihadiri pula Gubernur NTT, Piet A. Tallo, Komandan Korem 161/Wirasakti, Kol Inf APJ Noch Bola dan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) El Tari Kupang, Letkol (Pnb) Historis Bu`ulolo. Syharin mengungkapkan, Pulau Dana yang terletak di selatan Pulau Rote, Kabupaten Rote Ndao itu sudah pernah disinggahi patroli Angkatan Laut Australia, dan dikabarkan pulau indah yang cocok untuk olahraga selancar (diving) itu sudah lama diincar Australia setelah menguasai Pulau Pasir (ashmore reef). Pulau Batek juga sudah menjadi incaran pihak Timor Timur, karena letaknya tidak jauh dari wilayah kantung (enklave) Oecusse. Pasukan marinir yang akan dikirim ke Pulau Dana, kata dia, akan mengambil posisi berhadapan dengan Australia, sedang di Pulau Batek, posisi pasukan ini akan berhadapan dengan wilayah kantung Oecusse, Timtim. Pada 11 Januari 2006, Korem 161/Wirasakti menerjunkan pasukannya ke Pulau Dana, Pulau Menggudu di selatan Pulau Sumba bagian timur, Pulau Batek, serta Pulau Bidadari, Pulau Kukusan dan Pulau Sture di ujung barat Pulau Flores yang sudah diperjualbelikan kepada warga negara asing, seperti Inggris, Selandia Baru dan Malaysia. "Untuk Pulau Dana, Menggudu, dan Batek, masing-masing pulau sudah ditempatkan 15 orang prajurit TNI-AD dari Batalyon Infanteri (Yonif) 743/Pamadnya Sapta Yudha (PSY), pasukan organik milik Korem Wirasakti," kata Komandan Korem 161/Wirasakti, Kol Inf APJ Noch Bola pada kesempatan itu. Sementara itu, Danlantamal Kupang mengatakan, dalam mendukung operasi keamanan TNI-AL di pulau-pulau terluar, pihaknya akan segera membentuk Pangkalan AL (Lanal) di Pulau Rote, Alor dan Sumba, serta Maumere di Pulau Flores. Menurut dia, TNI-AL memandang penting untuk melakukan gelar pangkalan di NTT, selain untuk melakukan operasi pengamanan di laut serta membina potensi maritim, juga karena meningkatnya potensi konflik dalam bentuk penguasaan pulau-pulau terluar Indonesia oleh pihak asing. Menyangkut pertahanan keamanan udara, Komandan Pangkalan TNI-AU (Danlanud) El Tari Kupang, Letkol (Pnb) Historis Bu`ulolo pada kesempatan itu mengatakan, Lanud El Tari Kupang memang sudah saatnya memiliki armada yang kuat, karena berhadapan dengan dua negara, Timor Timur dan Australia. "Radar Australia yang dibangun di Darwin dapat memantau semua perkembangan armada TNI-AU sampai di Kalimantan. Sementara, teknologi Radar yang kita miliki, hanya mampu menjangkau di daratan Darwin, Australia Utara," ujarnya. "Kita memang menghendaki adanya perbaikan pembaruan alat utama dan sistem pertahanan (Alusista) kita, namun ekonomi bangsa belum mampu untuk melakukan hal itu," ujarnya. Semua kekuatan militer yang dimiliki Indonesia, kata Bu`ulolo, berhasil dipantau dengan baik oleh pihak Australia melalui sistem Radarnya yang terpasang di Darwin, Australia Utara, karena daya jelajahnya mampu menembus sampai ke Pulau Kalimantan. Anggota Komisi A DPRD NTT, Pius Rengka menilai, Lanud El Tari Kupang harus memiliki satu skuadron untuk menjaga kemungkinan adanya ancaman dari Australia, serta menjaga pulau-pulau terluar dari ancaman pihak asing untuk kepentingan ekonominya, karena daerah ini kaya dengan sumber minyak dan gas. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006