Pekanbaru (ANTARA News) - Para mahasiswa di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, menyesalkan dengan masih adanya "pungutan liar" (pungli) saat mengurus surat riset untuk kegiatan penelitian terkait tugas akhir mereka di Kantor Badan Kesatuan Bangsa Perlindungan Masyarakat dan Politik atau Kesbanglinmaspol.

"Sebenarnya tidak ditetapkan berapa angkanya, tapi mereka (staf Badan Kesbanglinmaspol Pekanbaru) selalu minta. Katanya uang administrasi sukarela. Bahasa merekanya, `tinggalkan uang administrasinya berapa aja`," kata seorang mahasiswa Usman, Selasa.

Mahasiswa Universitas Islam Nasional Sutan Syarif Kashim (UIN Suska) Riau ini mengaku, dia dan beberapa rekannya pernah mengalaminya, ketika mengurus surat riset di Kantor Badan Kesbanglinmaspol Pekanbaru.

Karenanya, dia pun mengakui sangat keberatan sekali dengan sikap yang dilakukan oleh beberapa pegawai di Badan Kesbanglinmas tersebut.

Dikatakannya, mahasiswa yang seharusnya dibantu, malah dimintai bayaran ketika pembuatan surat selembaran tersebut.

"Kami mahasiswa jelas merasa keberatan, karena kami sangat butuh surat itu untuk syarat penyelesaian tugas akhir kami. Tetapi, tiba-tiba mereka minta, terpaksa juga kami kasih uangnya dengan terpaksa," ujarnya.

Ceritera dan pengalaman yang sama juga terjadi pada Asyari Abdullah.

"Saya awalnya terkejut mendengar ucapan pegawainya yang mengatakan tinggalkan uang administrasinya berapa saja, sukarela. Ya terpaksa dengan berat hati saya keluarkan uang juga," kata mahasiswa jurusan Komunikasi UIN Suska tersebut.

Asary menambahkan, tindakan para pegawai di Kantor Badan Kesbanglinmaspol tersebut sudah melanggar aturan yang berlaku.

Sebelumnya Kepala Badan Kesbanglinmaspol Kota Pekanbaru melalui Sekretarisnya Saharuddin mengungkapkan, pihaknya sudah menginstruksikan kepada seluruh pegawainya, tidak ada pungutan apa pun terhadap mahasiswa yang mengurus surat riset.

Namun ia juga menambahkan, jika mahasiswa memberikan, tidak ditolak.

"Tapi jangan ada yang meminta kepada mahasiswa," tegas Saharuddin.

(M036/Y008)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012