Mehua atau pohon sakura itu adalah budaya keturunan Tionghoa, tidak ada kewajiban ritual khusus untuk mengadakan Mehua pada tiap Imlek."
Jakarta (ANTARA News) - Menjelang Imlek yang dirayakan pada 23 Januari, para pembeli mulai memburu bunga sakura di toko-toko di beberapa kawasan penjualan pernak-pernik khas Imlek seperti Pasar Pagi Mangga Dua dan Pasar Pagi Lama, Asemka, Jakarta Barat, Senin.

"Bunga Sakura untuk Imlek biasa disebut Mehua, warna dan tingginya bervariasi," kata Koh Akim (55), salah satu penjual pernak-pernik Imlek di Pasar Pagi Mangga Dua.

Pantauan ANTARA News dari berbagai toko, Mehua dijual dengan harga yang bervariasi tergantung pada tinggi pohon, kelebatan daun, dan jenis bahan pembuat pohon.

Rata-rata, harga Mehua di Pasar Pagi Asemka dan Mangga Dua berkisar antara Rp350 ribu hingga Rp1.3 juta.

"Kalau daunnya lebat dan batangnya terbuat dari tembaga, itu biasanya yang harganya mahal, kalau daunnya lebat, satu tangkai bisa dijual Rp5 ribu," kata Joni (22), pegawai salah satu toko bunga plastik di Pasar Pagi Mangga Dua.

Menurut Yu Ie (37), pengurus Kelenteng Jin De Yuan yang terletak di Petak Sembilan, Jakarta Barat, Mehua dalam perayaan Imlek hanyalah masalah tradisi.

"Mehua atau pohon sakura itu adalah budaya keturunan Tionghoa, tidak ada kewajiban ritual khusus untuk mengadakan Mehua pada tiap Imlek."

Menurut beberapa pedagang, tren tahun Naga Air kali ini adalah mehua warna pink.

"Mungkin mau mendekati hari valentine kali ya, jadi yang banyak dibeli adalah warna pink," kata Yanti (38), salah satu penjual pernak-pernik Imlek.

"Mengenai warna, tidak ada masalah mau pilih warna apapun, karena pada dasarnya Mehua hanyalah budaya Imlek," kata Yu Ie.

Salah seorang keturunan Tionghoa yang membeli Mehua mengatakan tidak ada alasan khusus dia membeli pohon tersebut.

"Saya beli hanya untuk hiasan, warna yang saya pilih pink karena menyesuaikan dengan warna interior rumah, nanti saya akan pasang hiasan-hiasan seperti lampion-lampion, gantungan patung naga kecil, dan amplop angpao biar meriah," kata Yulina (39).
(I027)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2012