Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Muhammad Habib Abiyan Dzakwan mengemukakan bahwa pengembangan vaksin BUMN yang kini sudah memasuki tahap akhir pengujian menunjukkan kemampuan Indonesia menjadi produsen vaksin COVID-19.

"Kami menyambut baik perkembangan terakhir dari vaksin BUMN ini. Sudah saatnya, Indonesia berdiri sejajar dengan negara-negara maju dalam rangka upaya memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri," kata Peneliti Disaster Management Research Unit CSIS itu sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut dia, pengembangan vaksin BUMN bermakna penting bagi upaya membangun kemandirian dalam penyediaan vaksin, yang sangat dibutuhkan mengingat pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir dan masih mungkin muncul kembali.

"Kita telah melihat beberapa negara mengalami lonjakan kembali terlepas dari tingkat vaksinasi yang tinggi," katanya.

Dengan jumlah penduduk yang banyak, Abiyan mengatakan, Indonesia membutuhkan kemampuan untuk menyediakan vaksin secara mandiri guna meningkatkan kekebalan warganya terhadap COVID-19.

Kemampuan untuk memproduksi vaksin COVID-19 secara mandiri, ia melanjutkan, dapat mengurangi beban biaya kesehatan dari impor vaksin.

Selain itu, ia mengatakan, vaksin yang diproduksi secara domestik tentu lebih sesuai dengan karakteristik dari masyarakat Indonesia.

Menurut Abiyan, pengembangan vaksin BUMN mesti dilakukan sesuai dengan kaidah saintifik yang berlaku secara internasional berkoordinasi dengan ahli dan lembaga terkait seperti Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Organisasi Kesehatan Dunia.

Dia juga menyampaikan pentingnya penyediaan pusat-pusat penelitian dan infrastruktur produksi vaksin di tingkat regional dalam upaya mewujudkan kemandirian dalam memproduksi vaksin.

"Kolaborasi dengan sektor swasta tentunya sudah harus menjadi pertimbangan dalam rangka memproduksi vaksin nasional ini. Terakhir, perlu komitmen khusus untuk memastikan pembiayaan untuk produksi vaksin ini tersedia secara berkelanjutan," katanya.

Abiyan mengatakan, tantangan utama dalam pengembangan vaksin BUMN ke depan ialah memastikan ketersediaan bahan baku vaksin di dalam negeri serta rantai pasok dan distribusi vaksin yang memadai.

"Kita tahu Indonesia negara yang sangat luas dan terdiri atas pulau-pulau. Sehingga, tantangannya bagaimana vaksin BUMN ini agar dapat sesuai dengan rantai dingin yang ada di tingkat puskesmas," katanya.

Selain itu, Abiyan mengatakan, BUMN sebaiknya bekerja sama dengan lembaga keagamaan dan lembaga masyarakat sipil dalam menginformasikan manfaat vaksin BUMN.

Abiyan mengemukakan bahwa keberhasilan mengembangkan vaksin BUMN dapat meningkatkan ketahanan kesehatan nasional serta mendukung upaya diplomasi Indonesia.

"Indonesia bukan lagi hanya sekadar pasar dari vaksin luar, tetapi juga mampu menjadi produsen berstandar dunia. Artinya vaksin tersebut juga sangat memungkinkan untuk menjadi komoditas ekspor baru dari Indonesia," katanya.

Baca juga:
Kemenko PMK: Vaksin BUMN dukung penguatan ketahanan kesehatan
Kemenkes masih punya Rp1,3 triliun untuk belanja vaksin dalam negeri

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022