Target kami saat ini memang belum kuantitas sampah yang berhasil disisihkan untuk BSM, namun kesadaran masyarakat yang secara bertahap mau dan mampu memilah dan mengelola sampah menjadi rupiah atau produk daur ulang yang bermanfaat.
Malang (ANTARA News) - Bank Sampah Malang (BSM) yang dikembangkan oleh Pemkot Malang, Jawa Timur, masih belum mampu mengurangi residu sampah di daerah itu secara signifikan karena baru satu ton per hari yang bisa disisihkan untuk BSM.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Malang wasto, Rabu mengemukakan, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan angka partisipasi masyarakat untuk mengelola sampah menjadi rupiah melalui bank sampah daerah itu.

"Target kami saat ini memang belum kuantitas sampah yang berhasil disisihkan untuk BSM, namun kesadaran masyarakat yang secara bertahap mau dan mampu memilah dan mengelola sampah menjadi rupiah atau produk daur ulang yang bermanfaat," ujarnya.

Ia mengemukakan, dari sekitar 600 ton volume sampah per hari di Kota Malang, baru 1 ton yang bisa dikelola dan disetor ke BSM, sehingga masih sangat sedikit yang bisa diolah.

Ke depan, lanjutnya, pihaknya menargetkan setiap kelurahan harus memiliki mesin pencacah (pengelola) sampah, agar keekonomiannya lebih tinggi ketimbang sampah yang dijual mentah (belum diolah).

Menurut dia, harga mesin pencacah sampah tersebut rata-rata Rp12,5 juta. Pengadaannya bisa diambilkan dari dana hibah di masing-masing kelurahan atau dibeli sendiri dari hasil penjualan sampah ke BSM.

Harga sampah yang belum diolah jauh lebih rendah dari sampah yang sudah diolah (dicacah) menjadi biji plastik. Sampah yang belum diolah dihargai Rp3.500/kg, sedangkan yang sudah dicacah seharga Rp6.000-Rp9.000/kg.

Saat ini, katanya, baru ada satu kawasan yang sukses mengelola sampah, bahkan hingga memiliki mesin pencacah sampah, yakni warga RW 7 Kelurahan Polehan. Sampah yang diolah menjadi kompos itu untuk memenuhi kebutuhan salah seorang pengusaha di Bandung.

Menyinggung nasabah BSM saat ini, Wasto mengatakan, sekitar 12 ribu orang dengan uang tabungan mencapai puluhan juta rupiah."Kami berharap masyarakat yang belum menjadi nasabah ini bisa dikoordinasi dan segera bergabung dengan BSM," ujarnya.

Pengolahan sampah plastik menjagi biji plastik yang dikelola BSM tersebut sudah diminati oleh pengusaha dari Jepang.

(E009/E001)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012