Maksud saya, apa yang wasit butuhkan, pers? Nama? ada (di surat kabar) besok? Hebat! Apapun, saya tidak kalah pada hal itu, namun itu adalah situasi yang sangat buruk. Itu benar-benar menakjubkan.
Melbourne (ANTARA News/AFP) - Petenis Argentina, David Nalbandian, mengecam wasit dengan sebutan `bodoh,` setelah menolak permintaannya untuk menggunakan video tayangan ulang, menjelang akhir pertandingan selama empat jam 41 menit, yang berakhir dengan kekalahannya dari John Isner.

Nalbandian mengatakan kalau sang wasit, Kader Nouni dari Prancis, tidak mampu menjadi wasit untuk pertandingan Grand Slam putra tersebut. Pertandingan yang berlangsung lima set itu berakhir dengan skor 4-6, 6-3, 2-6, 7-6 (7/5), 10-8.

"Maksud saya, sungguh memalukan memainkan turnamen semacam ini, dengan wasit seperti itu. Apa ini? Mengapa ATP melakukan hal ini?" kesal Nalbandian.

"Saya tidak mengerti situasi ini, break point 8-8. Maksud saya, dapatkah anda menjadi bodoh untuk melakukan hal itu di momen tersebut?"

Memegang "break point" 8-8 pada set penentuan, Nalbandian, mantan petenis sepuluh besar dunia dan juara kedua Wimbledon 2002, meminta tayangan ulang "Hawk-Eye", ketika sang wasit menolak kesalahan Isner saat melakukan servis.

Namun Nouni mengatakan kalau dirinya `sudah terlambat` untuk mengabulkan keberatan Nalbandian, yang berargumen dengan wasit selama beberapa menit dan memanggil pengawas pertandingan ke lapangan.

Bagaimanapun, Nalbandian telah diberitahu kalau penggunaan Hawk-Eye merupakan kebijaksanaan wasit - dan ia kalah di game tersebut, dan kemudian kalah pada 99 menit yang menentukan dengan akhir yang buruk.

"Maksud saya, apa yang wasit butuhkan, pers? Nama? ada (di surat kabar) besok? Hebat," ucapnya. "Apapun, saya tidak kalah pada hal itu, namun itu adalah situasi yang sangat buruk. Itu benar-benar menakjubkan."

Kontroversi tersebut mewarnai tontonan memikat yang diperlihatkan kedua petenis itu, yang memainkan lima set yang sangat seru.

Isner, unggulan kelima asal Amerika Serikat, juga terlibat pada pertandingan terpanjang dalam sejarah Grand Slam, yakni pada pertandingan di Wimbledon 2010, ketika ia menang 70-68 pada set kelima.

Nalbandian (30), pernah memainkan permainan khasnya yang meletihkan selama lima set, dan mengalahkan petenis Australia, Leyton Hewitt, pada pertandingan yang berlangsung selama empat jam 48 menit di Australia Terbuka tahun lalu - sebelum mengundurkan diri di pertandingan berikutnya.

Petenis Argentina ini menambahkan bahwa `tidak diragukan` lagi kalau Nouni tidak layak memimpin pertandingan Grand Slam, dan ia tertawa ketika tahu kalau sang wasit kerap memimpin pertandingan putri.

"Mereka melakukan servis terlalu lambat untuk orang-orang seperti ini," ucapnya.

(H-RF/I015)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012