Jakarta (ANTARA News) - Deputi Senior Gubernur BI, Miranda Goeltom mengisyaratkan BI belum akan menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dalam waktu dekat ini. "Untuk kepentingan konsistensi, BI begitu melihat inflationary expectation (prediksi inflasi) turun, kita sudah pada tahap memungkinkan untuk mulai melonggarkan. Kalau saat ini, kami tidak melihat keharusan untuk mengubah dahulu, karena masih terlihat adanya tekanan inflasi," katanya, usai memberikan sambutan dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa. Menurut data BPS, tingkat inflasi bulan Februari mencapai 0,58 persen atau 17,9 persen secara yoy (year on year). Ia memperkirakan pelonggaran sudah akan bisa dilakukan setelah semester pertama 2006 berakhir. "Apakah itu langsung atau menunggu bulan September kita akan lihat, karena kami tidak mau terpaksa terjadi reversal policy," katanya. Hal itu, menurut Miranda, tidak baik karena kredibilitas bank sentral akan berkurang. "Kami ingin kebijakan yang ajeg (stabil) dan orang bisa meletakkan harapan pada BI bahwa kebijakan kita itu predictable," katanya. Dia mengatakan pada bulan-bulan ke depan pada kuartal kedua inflasi akan jauh lebih kecil, yaitu qoq (kwartal ke kwartal) hanya sekitar 1,07 persen. "Untuk Q2 dibanding Q1 dan Q3 dibanding Q2 akan kecil, tetapi Q4 dibanding Q3 diperkirakan akan tinggi," katanya. BI memperkirakan pada akhir 2006 inflasi akan mencapai sekitar 8 persen atau jauh lebih rendah dari inflasi 2005 yang mencapai 17,11 persen. "Hampir seluruh kenaikan inflasi sudah diserap pada 2005 pada saat harga BBM naik besar karena sebagian besar subsidi dicabut," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006