Pangkalpinang (ANTARA News) - Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi Bangka Belitung (Babel), Johan Murod, menyatakan praktik penangkapan ikan  atau ilegal fishing yang dilakukan nelayan asing meningkat saat cuaca perairan memburuk.

"Dalam beberapa pekan terakhir, kami menerima laporan sekaligus keluhan nelayan makin banyak kapal nelayan asing terutama dari Thailand, China dan Vietnam melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Babel," ujarnya di Pangkalpinang, Sabtu.

Menurut dia, praktik ilegal fishing mulai marak, pada saat nelayan tidak mampu melaut ke tengah karena cuaca buruk seperti gelombang tinggi, angin kencang dan hujan lebat disertai petir.

"Saat ini, hanya nelayan yang memiliki kapal berkapasitas 10 hingga 20 GT yang mampu melaut ke tengah, sementara ribuan kapal nelayan berkapasitas lima GT ke bawah tidak mampu melaut karena rawan kecelakaan dihantam gelombang tinggi," ujarnya.

Ia mengatakan, praktik `ilegal fishing` ini merugikan nelayan tradisional karena populasi ikan berkurang dan merusak terumbu karang di perairan tersebut karena kapal-kapal nelayan asing tersebut melakukan penangkapan ikan mengunakan pemboman, pembiusan, dan penggunaan alat tangkap trawl.

"Cara yang dilakukan oleh nelayan asing ini semata-mata hanya menguntungkan untuk nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya terumbu karang, sehingga tempat ikan berkembang biang semakin rusak," ujarnya.

Untuk itu, kata dia, kami mengharapkan aparat keamanan lebih meningkatkan pengawasan keamanan di perairan, untuk menekan praktik ini.(KR-WRA/I013)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2012