masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri
Mekkah (ANTARA) - Muhammad Zaenuri (54), seakan masih bermimpi bisa hadir di rumah Allah, Baitullah, Mekkah Al Mukarramah, hingga tak terasa air matanya kembali menetes di depan Kakbah saat memanjatkan doa agar tetap berumur panjang dan barokah.

Tentu layaknya mimpi, karena pengalaman terpapar COVID-19 pada 2020 hingga pria berusia 54 tahun itu harus menjalani perawatan di ruang perawatan intensif (ICU) selama 24 hari di RSUP Dr Kariadi Semarang, Jawa Tengah.

Saat itu, Zaenuri dalam kondisi kritis dengan saturasi 75 di mana selang-selang terhubung dengan tubuhnya yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

Saat itu Zaenuri berpikir waktunya sudah tidak lama lagi akan menghadap sang khalik, karena kondisinya yang begitu parah.

"Pengalaman saya di ICU itu luar biasa sekali, saya sudah terbayang akan dikuburkan oleh teman-teman," kata Zaenuri yang bertugas di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati. Pasien COVID-19 yang meninggal biasanya diurus oleh petugas BPBD.

Dirawat selama 24 hari di ICU dan empat hari selebihnya di ruang perawatan, Zaenuri membutuhkan waktu setahun untuk pemulihan hingga kembali sehat seperti semula.

Terpapar COVID-19 dengan kondisi yang parah dan belum menunaikan rukun Islam yang kelima yaitu berhaji, seharusnya ia dan istri, 
​​​​Suhartatik,  berangkat haji pada 2020 setelah menunggu selama 10 tahun.

Namun keduanya harus menelan kecewa karena Pemerintah Arab Saudi menutup pintu bagi jamaah haji luar negeri, termasuk Indonesia karena pandemi.

Baca juga: 25.929 calon haji Indonesia telah diberangkatkan ke Tanah Suci
Baca juga: Hotel jamaah di Mekkah terbagi dalam lima wilayah

Akhirnya Zaenuri merasakan mendapat berkah yang tidak bisa ditukar apapun. Rasa syukur tak henti dipanjatkan Zaenuri, terlebih lagi setelah mendapatkan kabar namanya masuk dalam daftar jamaah calon haji yang akan diberangkatkan pada 2022.

Tergabung dengan kelompok terbang (kloter) pertama Embarkasi Solo (SOC1), Zaenuri dan Suhartatik tiba di Madinah pada 4 Juni 2022.

Di Masjid Nabawi, Zaenuri juga tidak berhenti meneteskan air mata, karena masih diberi umur panjang dan kesehatan hingga berkesempatan ke Tanah Haram.
 
Muhammad Zaenuri calon haji asal Pati Jawa Tengah yang tergabung dalam kloter pertama Embarkasi Solo (SOC1) di Mekkah, bersama istri, Suhartatik berfoto di depan Kakbah saat umrah wajib. ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi


Anugerah

Mendapat kesempatan berkunjung ke Mekkah dan Madinah menjadi impian terbesar bagi umat Islam, menjadi pengalaman berharga dan anugerah yang tidak bisa ditukar dengan uang sekalipun.

Itu pula yang dirasakan Zaenuri, seakan ia mendapatkan kesempatan oleh Allah SWT untuk memperbaiki diri, terlebih lagi setelah mendapat cobaan penyakit yang berat.

"Ini pengalaman yang luar biasa, tidak bisa dinilai dengan uang. Alhamdulillah pemerintah Indonesia bisa memberangkatkan kita tahun ini walaupun ada pembatasan kuota," katanya.

Tidak banyak persiapan yang dilakukan Zaenuri untuk menjaga kesehatan di Tanah Suci, hanya berjalan kaki bersama sang istri setiap akhir pekan agar kondisi fisiknya siap menjalankan ritual ibadah haji yang sebagian besar merupakan ibadah fisik.

"Mudah-mudahan bisa dilancarkan, bisa mengikuti rukun dan sunah, kita tidak tahulah, kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri," katanya.

Haji merupakan ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik karena banyaknya aktivitas yang dilakukan jamaah haji. Mulai dari tawaf mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh putaran, sa'i yaitu lari-lari kecil antara Safa dan Marwah hingga puncak haji di Arafah, Muzdhalifah dan Mina.

Selain itu suhu panas di Arab Saudi saat ini mencapai lebih dari 40 derajat Celsius dengan kelembaban yang rendah berbeda dengan cuaca di Indonesia.

Sehingga jamaah rawan mengalami dehidrasi yang dapat berpengaruh pada kesehatan. Terlebih lagi jamaah Indonesia banyak yang sudah berusia lanjut dan ada yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta.

Baca juga: Usai dua hari di Mekkah, jamaah Aceh bakal terima wakaf Baitul Asyi
Baca juga: 2.764 JCH Indonesia dari Madinah ke Mekkah pada Selasa

Musim haji 1443H/2022M merupakan haji pertama di masa pandemi bagi jamaah haji luar Arab Saudi. Namun pembatasan-pembatasan masih dilakukan agar COVID-19 yang masih belum hilang sepenuhnya tidak kembali menyebar.

Arab Saudi mewajibkan jamaah haji untuk vaksinasi lengkap dan tes PCR negatif 72 jam sebelum keberangkatan.

Selain itu kuota haji normal juga dikurangi dari 2,5 juta menjadi 1 juta tahun ini yang berimbas kuota haji Indonesia juga berkurang setengahnya dibandingkan haji sebelumnya.

Tahun ini Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 100.051 jamaah terdiri atas 92.825 kuota jamaah haji reguler, dan 7.226 kuota jamaah haji khusus. Sementara pada 2019, sebanyak 231 ribu.

Berdasarkan data sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu Kementerian Agama RI, sebanyak 29.240 jamaah dari 74 kloter telah diberangkatkan dari Tanah Air pada 4 Juni hingga Selasa (14/6)

Sedangkan yang tiba di Madinah terdata sebanyak 28.499 jamaah dari 72 kloter.

Terdata tiga calon haji meninggal dunia di Madinah karena sakit yaitu Suhati Rahmat Ali Binti H. Rahmat asal Embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG) meninggal dunia setiba di Bandara Madinah dan Bangun Lubis Wahid dari Embarkasi Padang (PDG4) meninggal usai shalat di Masjid Nabawi.

Serta seorang calon haji asal Lamongan atas atas nama Bawuk Binti Karso (58), yang tergabung dalam Embarkasi Surabaya (SUB 4), meninggal dunia pada Senin (13/6), saat dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, Arab Saudi.

Saat ini jamaah haji yang dari Madinah bergerak ke Mekkah untuk melaksanakan umrah wajib dan ibadah sunah lainnya sambil menunggu puncak haji wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah atau 8 Juli 2022.

Baca juga: Daker Madinah tunjuk petugas urus barang jamaah yang tertinggal

Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022