Trenggalek, Jawa Timur (ANTARA News) - Seorang oknum pegawai Dinas Perhubungan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, menyerahkan diri ke kepolisian setempat, setelah sehari sebelumnya memukul wartawan Harian Duta Masyarakat, Yusuf Ashari, Jumat petang (20/1).

"Pelaku ini menyerahkan diri secara sukarela. Dia datang ke kantor polisi, Sabtu sore, sekitar pukul 19.00 WIB atau sehari setelah insiden pemukulan terjadi," kata Kassubag Humas Polres Trenggalek, AKP Siti Munawaroh, Minggu.

Insiden kekerasan terhadap pekerja media tersebut menurut keterangan Siti, saat ini masih terus didalami pihak berwajib.

Polisi masih terus berupaya menggali keterangan dari Indra selaku pihak tersangka maupun dari korban Yusuf serta empat orang saksi mata yang melihat langsung kejadian tersebut.

Siti tidak secara lugas menyampaikan kronologi maupun motif kejadian secara terperinci dengan alasan kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan.

Namun menurut keterangan dari beberapa sumber kepolisian maupun beberapa saksi wartawan, kronologi pemukulan yang menyebabkan bibir Yusuf Ashari pecah (berdarah) tersebut berkembang dalam dua versi.

Versi pertama, menyebut bahwa penganiayaan terjadi secara sekonyong-konyong tanpa ada insiden adu mulud yang mengawali. Sementara versi kedua menyebut bahwa korban Yusuf sempat mencemooh pelaku sebagai DPO (buron/daftar pencarian orang) polisi terkait kasus narkoba.

"Dua keterangan berbeda itu masih kami dalami. Kalau dari pihak tersangka memang mengaku kalau dia kerap diledek (disindir) korban, katanya disebut-sebut sebagai bandar sabu-sabu dan kini menjadi buron polisi," ungkap Siti.

Peristiwa itu sendiri terjadi pada Jumat (20/1) sore, sekitar pukul 17.00 WIB, yakni saat Yusuf bersama lima wartawan cetak dan elektronik nongkrong di lantai 1 Rumah Makan C&D, Jalan Panglima Sudirman Trenggalek.

Indra yang saat itu baru turun dari lantai II tempat karaoke tiba-tiba menghampiri meja rombongan wartawan dan langsung memukuli korban.

"Kami tengah menanti kedatangan Ketua PSSI Djohar Arifin yang sedianya menggelar pertemuan dengan Pengcab PSSI Trenggalek. Entah apa sebabnya dia langsung mengumpat dan mendorong kepala saya hingga akhirnya terjadilah insiden pemukulan tersebut," tutur Yusuf.

Ia mengaku sempat berusaha mengklarifikasi tindakan Indra, namun yang bersangkutan justru semakin emosi dan melakukan pemukulan sebanyak dua kali.

Kekerasan fisik lebih lanjut berhasil dicegah setelah seorang polisi pamong praja yang kebetulan berada di sekitar lokasi kejadian segera melerai keduanya.

"Dia sepertinya dendam karena kasusnya terkait dugaan korupsi pengadaan barang program informasi teknologi (IT) dulu kerap saya tulis," tutur Yusuf.

Setelah kejadian, korban mengaku tidak langsung melapor ke polisi karena masih menjalankan tugas peliputan kegiatan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin selama di Trenggalek.

Namun karena terus mengeluhkan pusing dan mual-mual pascainsiden pemukulan yang dialaminya, sekitar pukul 23.00 WIB Yusuf dengan dihantar rekan-rekannya lalu berobat ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD dr Soedomo sekaligus menjalani visum dokter.

"Malam itu juga saya dibantu teman-teman melaporkan kejadian tersebut ke polisi," kata Yusuf.

Terkait insiden itu, Divisi Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri Budi Sutrisno mengecam keras aksi penganiayaan tersebut.

"Bupati harus ikut bertanggung jawab karena insiden pemukulan oleh oknum PNS ini menunjukkan lemahnya pembinaan pegawai di lingkup Pemkab Trenggalek," kecam Budi. (KR-SAS)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2012