Makassar (ANTARA News) - Sekitar 70 persen pemain barongsai di Sulawesi Selatan (Sulsel) adalah warga lokal, sedang sisanya merupakan warga keturunan Tionghoa.

"Ini menunjukkan akulturasi budaya Tionghoa dan etnis lokal di Sulsel yakni Makassar, Bugis dan Toraja sudah menyatu," kata Dewan Pembina kelompok Barongsai Sulsel, Yongris, di Makassar, Senin.

Dia mengatakan, dengan banyak warga lokal yang mempelajari dan mendalami ketangkasan atraksi Barongsai, maka warga lokal dapat mempelajari budaya Tionghoa.

Tokoh masyarakat Tionghoa itu mengemukakan, warga keturunan Tionghoa juga lambat laun mendalami dan beradaptasi dengan budaya Bugis, Makassar dan Toraja.

Mencermati fenomena tersebut, dia mengatakan, keberadaan warga keturunan Tionghoa di daerah ini sudah dapat diterima, baik melalui akulturasi budaya maupun di bidang lainnya seperti bidang jasa, ekonomi, sosial dan politik.

"Warga keturunan Tionghoa selama 30 tahun pada masa Orde Baru sempat terkungkung, namun setelah kran reformasi dibuka, maka warga keturunan juga diberi hak untuk sejajar dengan Warga Negara Indonesia," ujarnya.

Mengenai perayaan Imlek 2563, pengurus Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi) Sulsel tersebut mengatakan, pada tahun Naga Air ini memberikan pengharapan bagi warga keturunan Tionghoa bahwa kehidupan ke depan akan lebih baik dan dinamis.

Khusus di Kota Makassar, ia mengemukakan, diharapkan akan lebih dinamis baik dari segi ekonomi, politik dan sosial dengan tetap menjaga harmonisasi kehidupan.

"Jadi pada tahun Naga Air ini akan memberikan sikap optimistis untuk mendukung kedinamisan, namun tetap berupaya menjaga hubungan harmonis antara para pihak," katanya.
(T.S036/F003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012