Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu menargetkan pendapatan devisa sebesar 9 miliar dolar AS dari sektor pariwisata.

"Kalau kita lihat, saat krisis 2008-2009, jumlah wisatawan asing ke Indonesia tetap tumbuh meski pertumbuhan pariwisata dunia negatif, tahun lalu pertumbuhan sektor pariwisata berada di atas pertumbuhan nasional dan menyumbang devisa 8,5 miliar dolar AS, semoga tahun ini bisa 9 miliar dolar AS," kata Mari usai rapat koordinasi Menko Perekonomian, di Jakarta, Selasa.

Menurut data United Nations for World Tourism Organization (UNWTO), pariwisata global mengalami penurunan 4 persen pada 2009, namun pada 2011 pariwisata mencatatkan sumbangan devisa sebesar 8,5 miliar dolar AS atau naik 11,8 persen dibanding 2010, melebihi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ada di level 6,5 persen.

"Potensi wisata dalam negeri pun besar karena kenaikan kelas menengah, banyak investor tertarik pada hotel bintang tiga dan bintang empat," tambah Mari Elka.

Menparekraf mengatakan bahwa ada dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata yang sudah ditunjuk yaitu Tanjung Lesung, Banten dan Mandalika di Nusa Tenggaea Barat.

"Semoga tahun ini Mandalika selesai proses untuk dijadikan KEK sebagai investasi jangka panjang," tambah Mari.

Penyerapan tenaga kerja dari sektor pariwisata secara tidak langsung juga mencapai 8 persen dan secara langsung 3 persen.

"Secara langsung maksudnya hotel dan tempat wisata yaitu sebesar 3 persen, namun bila digabung dengan sektor transportasi atau souvenir maka mencapai 8 persen," tambah Mari.

Ia menargetkan kunjungan 8 juta wisatawan asing pada 2012, termasuk dari negara bukan penyumbang utama wisatawan asing seperti India.

"Maskapai penerbangan Garuda Indonesia sudah janji mau buka rute ke India karena memang wisatawan India tidak terlalu banyak dibanding dengan wisatawan asal China dan ASEAN yang memiliki penerbangan langsung," tambah Mari.

Pada 12 Januari, ASEAN dan India menandatangani nota kesepahaman (MoU) penguatan kerja sama pariwisata yang akan berfungsi sebagai payung kerja sama guna mendorong fasilitasi kunjungan wisatawan dan. kemitraan pariwisata kedua pihak.

Sementara untuk kebijakan visa tunggal, menurut Mari masih diproses oleh pihak imigrasi dan Kementerian Luar Negeri.

"Seperti ASEAN Common Visa dilakukan bertahap antara beberapa negara lebih dahulu atau kategori tertentu misalnya APEC business card, antar negara pun ternyata sudah melakukannya," tambah Mari.

Ia mencontohkan bahwa Thailand dan Kamboja sudah memiliki visa tunggal, sehingga wisatawan non-ASEAN yang masuk ke Thailand bisa juga masuk ke Kamboja, demikian sebaliknya.

Pada pertemuan ASEAN Tourism Forum 2012 pada 8-15 Januari di Manado, disepakati ASEAN Tourism Strategic Plan oleh para Menteri Pariwisata ASEAN untuk periode 2011-2015.

Isinya adalah upaya peningkatan kualitas dan standar pelayanan dari sumber daya manusia, kerja sama pengembangan marketing, produk dan kualitas usaha bidang pariwisata bagi negara anggota ASEAN.

Hal tersebut dimuat dalam Mutual Recognition Arrangements (MRA) untuk "tourism professional movement". Terdapat enam hingga delapan kategori profesional di sektor pariwisata ini yang dapat bekerja di negara-negara ASEAN melalui standar yang telah disepakati.

"Akan ada beberapa hal yang direvisi, tapi garis besarnya SDM di sektor pariwisata ASEAN dapat bekerja di negara-negara anggota ASEAN dengan memiliki sertifikasi dan melalui training tertentu," ujar Mari.(D017)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012