Malang (ANTARA News) - Puluhan mahasiswa Malang, Jawa Timur, yang tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Merdeka Malang (Komma) mengecam para anggota DPR RI yang dinilai sudah tidak peduli lagi pada nasib rakyat miskin.

Kecaman mahasiswa yang ditujukan untuk para wakil rakyat di Senayan itu diwujudkan dalam bentuk unjuk rasa di halaman gedung DPRD Kota Malang, Rabu.

Koordinator aksi Amin Syarifuddin menilai, anggota DPR saat ini telah buta mata hatinya, sehingga tidak peduli dengan rakyatnya yang telantar, tak makan, bahkan tidak mampu menikmati bangku sekolah. "Saat kampanye mereka hanya obral janji, setelah jadi lupa akan rakyatnya," katanya.

Bahkan, lanjutnya, mereka justru hidup bermewah-mewah, sementara tidak sedikit rakyat miskin yang tidak mampu membeli beras, apalagi untuk membiayai sekolah anak-anaknya.

Puluhan mahasiswa tersebut minta agar para wakil rakyat di Kota Malang tidak meniru sikap dan tingkah laku anggota dewan di pusat (DPR RI) karena sikap mereka itu sangat melukai rakyat.

Dalam aksinya itu mahasiswa juga menuntut agar pihak terkait segera mengusut tuntas dana renovasi ruangan badan anggaran (banggar) di DPR RI yang mencapai puluhan miliar rupiah serta dihentikannya pola hidup mewah para wakil rakyat.

Selain itu, mereka juga menuntut agar APBN lebih mengutamakan kebutuhan rakyat miskin, transparansi setiap penggunaan anggaran di dewan, pendidikan murah dan berkualitas serta nasionalisasi aset-aset negara yang kini berada di tangan investor asing.

"Seharusnya wakil rakyat ini memberikan contoh sekaligus pelopor untuk Cinta Produk Indonesia, bukan sebaliknya, malah bermewah-mewah dengan membeli produk impor yang harganya selangit. Kasihan rakyat kecil yang diperas keringatnya dan hasilnya untuk membiayai hidup mewah mereka," tegas Amin.

Hanya saja, hingga puluhan mahasiswa tersebut melakukan orasi secara bergantian, tak satu pun anggota dewan Kota Malang yang menemui mereka. Para mahasiswa itu kemudian membakar ban bekas di bundaran Tugu Kota Malang.

(E009/M026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012