Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR RI, Aboe Bakar Al Habsy mengatakan adanya informasi tentang perseteruan diantara pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebaiknya dijelaskan kepada masyarakat.

Sebelumnya, beredar kabar mengenai isu bahwa ada perbedaan pendapat dari pimpinan KPK terkait penetapan tersangka dalam sebuah kasus tertentu sehingga terjadi gebrak-mengebrak meja saat rapat berlangsung.

"Berita mengenai konflik di internal KPK sungguh mengusik ketenangan masyarakat, banyak yang bertanya soal BBM dan SMS yang bercerita disharmoninasi para pimpinan KPK ini. Saya kira ini tidak bisa dibiarkan berlarut, masyarakat bisa galau karena hal ini, soalnya tinggal satu institusi ini yang dipercaya bisa berantas korupsi di Indonesia," kata Aboe Bakar kepada ANTARA News, Jakarta, Minggu.

Bila cerita ini benar, kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dirinya menilai masalah ini bukan persoalan perbedaan pandangan atau pendapat hukum.

"Tetapi ada indikasi kuat KPK sudah dibajak untuk kepentingan tertentu," ujar dia.

Dengan kejadian tersebut,  publik bisa menilai sendiri, siapa yang punya komitmen dan siapa sebenarnya  "orang titipan" yang punya kepentingan di KPK.

"Saya berharap pimpinan KPK berani jujur ke publik, bukankah mereka yang bilang 'berani jujur itu hebat'," ujar dia.

Ditambahkan, bila memang pimpinan KPK sekarang sudah dibajak oleh kepentingan tertentu, sudah tidak bisa lagi mengemban amanah yang diberikan, sebaiknya mengundurkan diri saja.

"Ya sebaiknya mundur saja, jangan biarkan KPK kita dibajak orang," saran dia.

Ia juga berharap semua pihak bisa menghormati proses hukum yang berlaku dan sedang dijalankan oleh KPK terutama kasus tersangka Wisma Atlet, M Nazaruddin.

"Berikanlah keleluasaan kepada KPK untuk menuntaskan persoalan korupsi. Masyarakat sudah tidak bodoh, akses terhadap pengadilan sudah sedemikian luas, mereka bisa memantau perkembangan persidangan Nazarrudin secara langsung, jadi jangan bodohi mereka," pungkas Aboe Bakar. (Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012