Ini lebih baik ketimbang impor dari Malaysia yang keuntunganaya dinikmati pembudidaya di sana
Batam (ANTARA News) - Paguyuban budidaya lele Kota Batam menyatakan telah menjalin kerjasama dengan empat daerah di Kepulauan Riau yaitu Lingga, Karimun, Tanjungpinang, dan Bintan untuk memasok kebutuhan lele yang belum mampu dipenuhi pembudidaya setempat.

"Kami telah membentuk kerjasama untuk memenuhi kebutuhan lele di Batam. Jadi kebutuhan lele yang belum mampu dipenuhi petani Batam bisa dipasok dari daerah tersebut," kata Ketua Asosiasi Perikanan Air Tawar Kota Batam, Ray Stevan, di Batam, Rabu.

Ia mengatakan, jika lele untuk Batam diambil dari Lingga ongkos kirim lebih besar dibanding dari Malaysia, namun setidaknya uang yang dikeluarkan kembali ke masyarakat Indonesia juga.

"Ini lebih baik ketimbang impor dari Malaysia yang keuntunganaya dinikmati pembudidaya di sana," kata dia.

Selama ini, kata Ray, pembudidaya tidak mengalami kendala cukup besar dari segi teknis. Untuk pakan, sudah ada perusahaan lokal yang sediakan pakan pelet dengan harga lebih murah dan kandungan nutrisi lebih baik.

Saat ini, asosiasi pembudidaya lele sudah bisa menyediakan 3,5-4 juta ekor setiap bulannya bagi masyarakat Batam yang ingin membuka usaha pembesaran lele.

"Kini kami tinggal berharap jaminan pasar dan dukungan dari pemerintah agar usaha ini berkembang. Bila ada dukungan dalam dua bulan kedepan kami bisa swasembada lele," kata Rey.

Rey menilai keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan menutup keran impor merupakan kebijakan yang mendukung masyarakat kecil. Berbanding terbalik dengan pemerintah daerah yang justru meminta impor tetap dilakukan.

"Larangan impor ini relevan terhadap pemberdayaan masyarakat kecil, yaitu kami para pembudidaya," kata Ray.

Ia melihat sikap Pemko yang ingin tetap buka izin impor sebagai tindakan yang membina importir dan mematikan pembudidaya kecil. Jika impor ditutup, ia yakin akan mendongkrak semangat para pembudidaya untuk tingkatkan produksinya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2012