Jakarta (ANTARA) - Praktis Komunikasi Perminyakan Suhendra Atmaja mengatakan bahwa sejarah panjang industri perminyakan nasional masih terekam jelas dari Sumur Mathilda di Balikpapan, Kalimantan Timur, yang kini telah berumur 125 tahun.
 
Menurutnya, sumur itu menjadi bukti Balikpapan pernah menjadi daerah yang kaya minyak bumi di masa lampau dan sejarah tersebut patut diingat oleh generasi sekarang untuk menumbuhkan semangat dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
 
"Sumur itu menjadi tonggak sejarah berdirinya Kota Balikpapan karena di sini pengeboran minyak pertama kali di Kalimantan yang dilakukan pada 10 Februari 1897, atau sekitar 125 tahun lalu oleh pemerintah Belanda," kata Suhendra dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
 
Lokasi sumur terletak di Jalan Yos Sudarso, Balikpapan Selatan, masuk ke dalam wilayah Kilang Balikpapan yang dikelola oleh Pertamina. Tak jauh dari Sumur Mathilda ada tugu kilang minyak untuk mengenang sejarah panjang Balikpapan sebagai kota minyak.
 
Suhendra mengungkapkan bahwa Mathilda konon diambil dari nama perempuan Belanda yang merupakan anak dari Jacobus Hubertus Menten (1833-1920). Jacobus adalah pekerja perusahaan minyak yang juga seorang insinyur Belanda sekaligus penemu sumur pengeboran minyak pertama di Balikpapan.
 
Saat ini, situs pengeboran pertama minyak bumi di Kalimantan tersebut tidak terbuka untuk umum karena tertutup pagar yang dikelola Pertamina dan masuk kawasan obyek vital milik negara.
 
"Lokasi ini harus dijaga sebagai situ sejarah dan berharap masyarakat lain bisa melihat langsung," pesan Suhendra.
 
Badan Pengelola Cagar Budaya Kalimantan Timur mencatat Nedelandsch Indisch Indusrie en Handel Maatschappij (NIIHM) menemukan minyak pada kedalaman 180 meter di Sumur Mathilda pada 15 April 1898 atau tepat setahun kegiatan pengeboran.
 
Kala itu, produksi tahunan NIIHM mencapai 32,618 barel minyak mentah yang berasal dari konsesi sumur minyak Louise dan Mathilde.
 
Sejak penemuan minyak pertama tersebut kegiatan pengeboran di Balikpapan terus berlangsung, bahkan mampu menghasilkan minyak dengan kualitas baik dan banyak. Kala itu, Balikpapan disebut sebagai Kota Minyak atau Oil City dengan produksi 32.618 barel per tahun.
 
Tahun 1903 merupakan akhir cerita dari Sumur Mathilda. Setelah beroperasi selama kurang lebih enam tahun dengan total kumulatif 68,375 barel, sumur itu berhenti beroperasi.

Penutupan sumur Mathilda akibat penurunan cadangan (natural flow) atau berkurangnya aliran minyak yang keluar. Namun, wilayah konsensi Mathilda kini masih beroperasi dan menjadi kawasan Kilang Balikpapan.
 
Suhendra menerangkan bahwa sejarah panjang industri hulu migas di Balikpapan merupakan bukti bahwa kota itu masih memiliki potensi cadangan migas yang cukup tinggi. Kegiatan aktivitas industri migas menjadi inspirasi pembangunan Balikpapan.
 
"Bahkan hingga kini Kalimantan dan Sulawesi masih menyumbangkan 30 persen minyak dan gas secara nasional," ungkapnya.
 
Kepala Divisi Pengelolaan Rantai Suplai dan Analisa Biaya SKK Migas Erwin Suryadi mengatakan ada banyak fakta dan sejarah yang memperlihatkan kontribusi industri hulu migas dalam pengembangan sebuah wilayah, termasuk peradaban.
 
Dalam konteks Indonesia, jelas Erwin, industri hulu migas terbukti bisa menjadi lokomotif kemajuan suatu daerah dan perekonomian secara nasional.
 
"Industri hulu migas menghasilkan efek berganda dan mendorong pergerakan ekonomi di setiap wilayah kerja migas. Hal ini tidak hanya terjadi di Balikpapan, tapi juga di seluruh Indonesia," ujarnya.
 
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa perkembangan Balikpapan tidak lepas dari peran masyarakat dan pemerintah daerah yang terus beradaptasi dengan perkembangan Balikpapan sebagai kota minyak.
 
Sektor-sektor ekonomi, termasuk perusahaan-perusahaan lokal dengan kualitas nasional ikut bergerak dan dituntut untuk berkembang mendukung kebutuhan pengeboran minyak dan gas sebagai Industri penunjang.
 
SKK Migas mendorong industri penunjang migas untuk mendukung kebutuhan perusahaan migas melalui kegiatan Forum Kapasitas Nasional Industri Hulu Migas yang berlangsung di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 22-23 Juni 2022.

Baca juga: Pertamina optimis Proyek RDMP Balikpapan rampung tahun 2024

Baca juga: Harga minyak dunia turun DBH Balikpapan berkurang

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022