Upaya terbaru dalam usaha meredam lonjakan harga di SPBU memiliki efek yang diinginkan. Namun apakah reaksi spontan ini akan bertahan dalam ujian waktu sama sekali tidak dijamin
Singapura (ANTARA) - Harga minyak anjlok lebih dari lima dolar AS per barel di perdagangan Asia pada Rabu sore, di tengah desakan Presiden AS Joe Biden untuk memangkas biaya bahan bakar bagi pengemudi dalam episode terbaru yang memperburuk hubungan antara Gedung Putih dan industri minyak AS.

Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 5,10 dolar atau 4,5 persen, menjadi diperdagangkan di 109,55 dolar AS per barel pada pukul 08.00 GMT. Sementara itu harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 5,37 dolar AS atau 5,9 persen, menjadi diperdagangkan di 104,15 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan sebelumnya masing-masing mencapai level terendah sejak 19 dan 12 Mei.

Presiden Biden pada Rabu diperkirakan akan menyerukan untuk sementara menangguhkan pajak federal 18,4 sen per galon untuk bensin, kata sebuah sumber, ketika Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia, berjuang untuk mengatasi kenaikan harga bensin dan inflasi.

"Upaya terbaru dalam usaha meredam lonjakan harga di SPBU memiliki efek yang diinginkan. Namun apakah reaksi spontan ini akan bertahan dalam ujian waktu sama sekali tidak dijamin," kata Stephen Brennock dari PVM, menunjuk ke sebuah lonjakan permintaan musim panas.

Baca juga: Harga minyak "rebound" di Asia, ditopang pasokan terbatas

Presiden Biden diperkirakan akan membuat pengumuman pada pukul 18.00 GMT. Pada Kamis (23/6/2022), tujuh perusahaan minyak akan bertemu dengan Presiden di bawah tekanan dari Gedung Putih untuk menurunkan harga bahan bakar karena mereka membuat rekor keuntungan.

CEO Chevron Michael Wirth mengatakan mengkritik industri minyak bukanlah cara untuk menurunkan harga bahan bakar dan bahwa pemerintah harus mengubah pendekatannya. Presiden Biden menjawab mengomentari perasaan industri yang mudah terluka.

Pasokan global diperkirakan masih akan memperlambat pertumbuhan permintaan, seperti yang diisyaratkan oleh raksasa perdagangan Vitol dan Exxon Mobil Corp minggu ini.

Dana senilai 2,4 triliun dolar AS yang akan diinvestasikan dalam energi tahun ini mencakup rekor pengeluaran untuk energi terbarukan, tetapi tidak mampu menutup kesenjangan pasokan dan mengatasi perubahan iklim, kata Badan Energi Internasional, Rabu.

Sementara itu kapasitas penyulingan minyak AS turun pada 2021 untuk tahun kedua berturut-turut, data pemerintah menunjukkan pada Selasa (21/6/2022), karena penutupan pabrik mengurangi kemampuan mereka untuk memproduksi bensin dan solar.

Baca juga: Harga minyak Asia pulih dari penurunan, prospek permintaan kuat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022