Perusahaan nasional yang sudah mendunia diharapkan menjadi lokomotif bagi perusahaan – perusahaan Indonesia lainnya untuk juga beroperasi dan berbisnis di level global sebagai upaya untuk mengamankan ketahanan energi nasional
Jakarta (ANTARA) - Industri migas Indonesia saat ini memiliki tantangan untuk meningkatkan produksi dan di saat bersamaan harus mempersiapkan diri menuju net zero emission (emisi nol bersih), sehingga untuk menyiasati tantangan tersebut harus melalui peningkatan kualitas industri hulu migas secara konsisten.

"Ini menjadi benang merah dari International Virtual Conference 2022 yang mengangkat tema Bringing Indonesia’s Oil and Gas Industry to World Class Level yang digelar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) pada akhir pekan lalu," kata Ketua IATMI International Virtual Conference (IVC) 2022, I Putu Gede Putra Arcana di Jakarta, Rabu.

Peningkatan kualitas industri bisa dilakukan melalui beberapa upaya seperti penyusunan regulasi yang dapat mengakselerasi proses bisnis di industri migas, kolaborasi strategis antar stakeholders dan peningkatan kompetensi SDM melalui proses reskilling agar dapat beradaptasi dengan kebutuhan industri saat ini dan akan datang.

“Dalam IVC 2022 juga menyebutkan bahwa peningkatan kualitas industri migas ke level global tidak hanya membutuhkan talenta terbaik, tapi juga organisasi dan proses pengelolaan yang terbaik. Dengan ekosistem industri yang mendunia, perusahaan nasional diharapkan dapat lebih mudah berbisnis di level global sebagai upaya untuk mengamankan ketahanan energi nasional dan menambah devisa untuk Indonesia," ujar Putra Arcana dalam keterangan tertulisnya memaparkan hasil dari IATMI IVC 2022.

IATMI IVC yang diadakan secara daring pada Sabtu (25/6/2022), bertujuan untuk mendiskusikan strategi yang dapat diterapkan oleh stakeholders di industri migas untuk meningkatkan kualitas pengelolaannya sehingga dapat mengatasi tantangan industri ini. Acara menghadirkan tiga narasumber yaitu dari Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Direktur SDM dan Penunjang Bisnis Pertamina Hulu Energi (PHE) Oto Gurnita, serta Stefanie Khaw sebagai Principal at Boston Consulting Group dipandu oleh Henricus Herwin yang merupakan VP Upstream Business Development PHE. Acara ini juga diikuti oleh sejumlah diaspora profesional migas Indonesia di Qatar, Norwegia, Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Oman.

Menurut Putra Arcana, dalam beberapa poin yang disampaikan narasumber antara lain bahwa perusahaan migas nasional yang memiliki portofolio aset global mendapatkan manfaat berupa kerja sama internasional, kepercayaan dari pasar global dan peningkatan pendapatan perusahaan.

Pengembangan portofolio secara internasional dilakukan melalui proses akuisisi blok baru, penawaran blok eksplorasi atau pengembangan asset existing. Ekspansi secara global tentu memiliki tantangan tersendiri karena perbedaan kultur, geopolitik, ataupun kebijakan fiskal dengan situasi di Indonesia. Risiko secara komersial berupa ketidakpastian makro ekonomi dan tingginya biaya investasi juga menjadi tantangan tersendiri dalam ekspansi perusahaan nasional ke level global.

Putra menambahkan bahwa strategi dalam mengatasi tantangan ekspansi tersebut dilakukan dengan memaksimalkan pengetahuan terhadap aset yang akan diakuisisi, melakukan sinergi dengan pemangku kebijakan untuk mempermudah proses ekspansi dan pengelolaan aset, serta peningkatan kapabilitas SDM perusahaan secara kontinu.

“Perusahaan nasional yang sudah mendunia diharapkan menjadi lokomotif bagi perusahaan – perusahaan Indonesia lainnya untuk juga beroperasi dan berbisnis di level global sebagai upaya untuk mengamankan ketahanan energi nasional dan menambah devisa untuk Indonesia,” kata dia.

Proyek – proyek migas besar di Indonesia juga dapat menjadi kesempatan untuk membawa industri migas nasional menuju kelas dunia dengan melakukan manajemen proyek yang tepat.

Semangat untuk menuju net zero emission juga mempengaruhi tipe proyek yang akan dieksekusi dengan proyek pengembangan gas dan CCUS/CCS akan berpotensi menjadi prioritas. Untuk mengelola dan mengeksekusi proyek strategis berskala dunia, aspek keselamatan harus diterapkan pada seluruh lapisan dan proses pekerjaan.

“Eksekusi proyek migas secara tepat waktu, sesuai anggaran dan memenuhi standard kualitas terbaik selain dapat memberikan peningkatan kualitas ekosistem industri migas juga akan mendukung pencapaian target produksi migas nasional sebesar 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik per hari pada tahun 2030,” kata Putra.

Baca juga: IATMI beri rekomendasi untuk percepat peningkatan produksi migas
Baca juga: Energi fosil diyakini masih jadi urat nadi perekonomian
Baca juga: Empat asosiasi gelar konvensi pemanfaatan SDA dan mitigasi kebencanaan

 

Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022