Jakarta (ANTARA) - Kolaborasi antara PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) dengan Gojek yang meluncurkan fitur GoTransit dalam aplikasi Gojek dinilai dapat mendukung peningkatan penggunaan transportasi publik dan akan mengurangi polusi udara akibat kemacetan dari penggunaan kendaraan pribadi.

Peneliti Pusat Kajian Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhammad Zudhy Irawan memandang upaya yang dilakukan oleh KCI dan Gojek sangat positif dalam mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi.

Baca juga: Gojek kenalkan GoTransit untuk permudah perjalanan multimoda

Menurutnya, model kerja sama tersebut juga diterapkan di negara lain, di mana transportasi publik seperti kereta bekerja sama dengan transportasi daring dalam memudahkan pengguna dalam membeli tiket secara terintegrasi.

“GoTransit mengaplikasikan sistem yang juga dijalankan di beberapa negara dalam meningkatkan layanan kepada pengguna sekaligus mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,” kata Zuhdy melalui keterangannya, Kamis (30/6).

Jika pengguna GoTransit semakin besar dan mulai banyak masyarakat yang menggunakan transportasi umum, menurut Zuhdy, maka kemacetan di kota-kota besar seperti Jakarta akan terus berkurang.

Kolaborasi tersebut, lanjutnya, merupakan inisiatif berkelanjutan dalam menghadirkan transportasi pintar yaitu integrated mobility, di mana angkutan publik terkoneksi dan terintegrasi satu sama lain, sehingga menjadi bagian dalam mencapai net zero emission dari sektor transportasi.

Baca juga: KCI mulai uji coba KRL Solobalapan-Palur

Di kota-kota besar seperti Jakarta, kata Zudhy, ojek daring seperti GoRide dari Gojek berfungsi sebagai first mile last mile yang sangat dibutuhkan sebagai penghubung untuk memudahkan masyarakat dalam memanfaatkan transportasi publik.

“Pada dasarnya pada sistem GoTransit, transportasi daring berperan sebagai stimulus untuk menggunakan transportasi umum. Jadi keberadaan transportasi daring adalah mendukung transportasi umum karena memang yang dibutuhkan adalah integrasi. Di sinilah potensi untuk mengurangi emisi atau menciptakan net zero emission di masa depan akan bisa terwujud,” terang Zudhy.

Sebagian besar masyarakat masih enggan untuk memanfaatkan transportasi umum karena ketidakpraktisan masih terjadi, seperti sistem pembelian tiket yang menyita waktu. Mayoritas pengguna kendaraan umum menginginkan proses yang berjalan dengan cepat dan mudah sehingga waktu tempuh ke tempat tujuan menjadi lebih cepat layaknya menggunakan kendaraan pribadi.

Baca juga: Gojek dan PT KCI kembangkan solusi perjalanan terintegrasi

Pendapat senada juga diungkapkan Pemerhati Transportasi Perkotaan Institut Teknologi Bandung (ITB) I Gusti Ayu Andani. Menurutnya, GoTransit memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan moda transportasi umum.

“GoTransit mampu menghadirkan kemudahan tersebut bagi masyarakat karena pembelian tiket tidak perlu mengantri, cukup lewat aplikasi,” ujarnya.

Selain kemudahan bagi masyarakat, lanjut Ayu, peralihan dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum akan efektif mengurangi kemacetan. Menurutnya, keberadaan GoTransit sebagai first mile last mile juga akan semakin berperan mengurangi kemacetan.

“Ketika kemacetan ini berkurang, otomatis juga akan berperan mengurangi emisi karbon, bahkan ke depan bisa mendukung terciptanya net zero emission,” kata Ayu.



Baca juga: Komunitas Jaklingko sambut baik rencana KAI gabung integrasi tarif

Baca juga: Adaptasi dan digitalisasi kunci utama KCI bertahan kala pandemi

Baca juga: KCI: Pengoperasian bangunan baru Stasiun Bekasi berjalan lancar

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022