London (ANTARA News) - Dalam beberapa bulan ke depan, Inggris akan menarik sekitar 800 personil pasukannya di Irak dari lebih 7.000 yang telah dikirim ke negara itu, kata Menteri Pertahanan John Reid, Senin. Reid mengemukakan kepada majelis rendah parlemen bahwa pasukan itu mungkin ditarik Mei karena semakin banyak pasukan Irak yang siap menjalankan tugas-tugas yang selama ini dilakukan pasukan Inggris. Sekitar 235.000 personil pasukan keamanan Irak kini telah terlatih dan memiliki perlengkapan, dengan 5.000 lagi kontraknya ditandatangani setiap bulan, tambahnya. Pasukan Inggris masih mengawasi operasi baik yang dilakukan tentara mereka sendiri maupun pasukan Irak untuk sementara, katanya. "Tapi saya menegaskan bahwa pengurangan yang saya umumkan bukanlah bagian dari penyerahan tanggungjawab keamanan kepada Irak." katanya. Satu komite gabungan untuk Pengalihan Tanggungjawab Keamanan, yang beranggotakan mitra-mitra koalisi dan Irak akan bertemu dalam pekan depan untuk membicarakan kondisi di sejumlah propinsi tempat untuk memulai penyerahan penuh, tambahnya. Pengumuman itu merupakan pengurangan sekitar 10 persen kekuatan pasukan Inggris di Irak. Pasukan negara itu terutama berpangkalan di empat propinsi selatan Irak. Tanggal penarikan penuh semua pasukan koalisi yang dipimpin AS dari Irak adalah sumber spekulasi banyak media di Inggris . Di Gedung Putih, jurubicara Scott McClellan mengatakan, keputusan London itu dibuat setelah "melalui konsultasi dekat" dengan negara-negara anggota lain dalam koalisi pimpinan AS di Irak dan itu mencerminkan meningkatnya kemampuan pasukan keamanan Irak. "Kemampuan-kemampuan pasukan keamanan Irak terus membaik dan maju, kendati pun aksi kekerasan, kendatipun ketegangan terjadi di Irak," kata MeClellan kepada wartawan. Letjen Nick Houghton dari Inggris mengemukakan kepada suratkabar Daily Telegraph awal bulan ini bahwa Inggris akan menarik sebagian besar pasukannya dari Irak pertengahan 2008 secara bertahap yang akan dimulai beberapa bulan mendatang. Reid mengabaikan kekhawatitan terjadinya perang saudara. Ia menyatakan bahwa kendatipun timbul aksi kekerasan di sejumlah daerah, terutama setelah serangan bom d sebuah amsjid Syiah di Samarra, utara Baghdad,, ada janji dari para pemimpin masyarakat-masyarakat Irak yang bertikai untuk menjaga ketenangan. "Analisa kami adalah perang saudara tidak akan segera terjadi atau dapat dielakkan," tambahnya setelah sejumlah pengamat menyatakan kuatir bahwa aksi kekerasan bisa meningkat menjadi konflik habis-habisan antara kelompok-kelompok oposisi Irak. Ia menegaskan sikapnya mengenai kehadiran Inggris di Irak, dan menyatakan: "Kami masih akan tetap tinggal selama kami diperlukan dan diinginkan dan sampai tugas itu dilakukan. Hari ini merupakan langkah penting lainnya ke arah itu." Inggris tetap terikat dengan Irak dan koalisi, tambahnya. Reaksi terhadap pengumuman itu beragam. Christopher Langton , dari Institut Internasional untuk Studi Strategis, mengatakan pasukan yang masih tinggal tidak mungkin beroperasi secara maksimal. Pasukan kemungkian akan ditarik dari "daerah-daerah yang lebih aman" dengan serangan kekerasan yang lebih sedikit, kata mantan kolonel angkatan darat Inggris itu. Para pendukung anti perang mengatakan itu tidak cukup dan menuntut penarikan seluruh pasukan. Partai Liberal yang oposisi, yang menentang aksi militer itu, mengimbau satu strategi keluar yang jelas, sementara partai oposisi utama Konservatif menanyakan apakah penarikan itu ada kaitannya dengan Afghanistan. Sekitar 4.000 tentara tambahan Inggris akan dikirim ke Afghanistan termasuk 3.300 orang untuk membantu pembangunan kembali dan melancarkan operasi perang anti narkotika di daerah-daerah rawan di propinsi Helmand. Sekitar 1.100 tentara Inggris sudah bertugas di Afghanistan, AFP melaporkan. Tapi Reid, Senin menegaskan itu "Tidak ada hubungan dengan Afghanistan."(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006