Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Nur Patria Kurniawan mengatakan, semakin berkurangnya habitat di alam liar dan praktik perburuan liar kian mengancam kehidupan empat jenis kucing liar Kalimantan.

"Keempat spesies tersebut adalah kucing pesek (Prionailurus planiceps), kucing merah (Catopuma badia), kucing batu (Pardofelis marmorata), dan macan dahan (Neofelis diardi)," kata Nur Patria di Palangka Raya, Kamis.

Selain keempat spesies tersebut, juga ada kucing kuwuk (Prionailurus bengalensis) yang juga hidup di Pulau Kalimantan yang memiliki status konservasi "least concern" (LC) atau berisiko rendah.

Nur Patria mengatakan, saat ini data terkait kucing liar di Kalimantan masih sangat minimal. Untuk itu BKSDA Kalteng bersama Yayasan Borneo Nature Indonesia (BNF) pada 23 Juni lalu telah menggelar "workshop".

Baca juga: BKSDA Pos Sampit temukan induk dan anak orangutan di kebun warga

Kegiatan yang fokus tentang pengembangan strategi konservasi spesies kucing liar di Provinsi Kalteng itu turut mempertemukan berbagai instansi atau lembaga pemerintahan, swasta, universitas dan LSM yang telah maupun sedang bekerja untuk kucing liar.

"Acara itu juga untuk memberi informasi terkait peluang kegiatan, baik riset maupun implementasi konservasi kucing liar dilindungi di Provinsi Kalimantan Tengah," katanya.

Kemudian itu juga untuk mengumpulkan informasi awal keberadaan kucing liar, dapat memberikan penilaian terkait ancaman utama serta pengembangan strategi konservasi yang cocok untuk melindungi spesies kucing liar terancam punah.

Nur mengungkapkan, setidaknya sejak 10 tahun lalu telah dipasang kamera jebak di berbagai tempat dan dipasang di permukaan tanah dan di kanopi hutan.

Pemasangan kamera jebak pertama dilakukan di Taman Nasional Sebangau, kemudian di bentang alam Rungan yang merupakan hutan mosaik yang merupakan perpaduan hutan rawa gambut, hutan kerangas, dan hutan dipterokarpa dataran rendah.

Selanjutnya sebanyak 20 kamera jebak juga disebar di bentang alam hutan hujan dataran tinggi daerah Barito Hulu pada tahun 2021. Jenis kucing merah Kalimantan (catopuma badia) terekam di bentang alam Rungan dan Barito Hulu.

"Hasil penelitian kamera jebak berfungsi untuk mengetahui keberadaan satwa liar, selain itu juga dapat membantu menganalisis kepadatan populasi suatu spesies, pola aktivitas, pola memangsa (predasi), kompetisi satwa hingga mengetahui kesesuaian habitat dengan bantuan analisa okupasi," katanya.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indra Exploitasia meminta BKSDA Kalteng dapat membentuk jejaring peneliti dan pemerhati kucing liar.

"Sehingga dapat menjadikan satwa ini sebagai satwa prioritas untuk dilestarikan. Untuk itu melalui 'workshop' tersebut, dapat dikumpulkan data dan informasi terkait kucing liar untuk bahan menyusun strategi konservasi kucing liar," katanya.

Baca juga: Warga kembali temukan kucing hutan masuk perkampungan di Kediri
 

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022