Sukamara (ANTARA) - Bupati Sukamara Windu Subagio mengatakan, pelepasliaran rusa sambar ke habitat alaminya di kawasan Suaka Margasatwa (SM) Lamandau sebagai upaya mencegah dari kepunahan.

"Ini merupakan aksi nyata untuk mewariskan bumi yang lebih baik bagi anak cucu kita. Kehadiran rusa sambar secara tidak langsung sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam ini,” katanya dihubungi dari Sukamara, Kalimantan Tengah, Rabu.

Baca juga: BBKSDA Riau lepasliarkan 4 Rusa Sambar, guna pengkayaan pakan harimau

Dia menjelaskan, keberadaan rusa ini sudah mulai langka, sehingga menjadi satwa yang dilindungi dan dilarang untuk diburu maupun diperjualbelikan. Pelepasliaran ini bekerja sama dengan BKSDA Kalimantan Tengah, yakni pada tahap awal dilepasliarkan sebanyak empat ekor dan selanjutnya 25 ekor.

“Pelepasliaran rusa sambar merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Hari Konservasi Alam Nasional Kalimantan Tengah 2023, yang puncak acaranya bakal diselenggarakan di Taman Wisata Alam Bukit Tangkiling, Palangka Raya pada Oktober mendatang,” katanya menerangkan.

Baca juga: Polisi sita seekor rusa sambar dalam Operasi Wanalaga di Bengkulu

Disampaikannya, konservasi alam merupakan gerakan perlindungan dan pemeliharaan alam serta untuk mencegahnya dari kerusakan. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan dan makhluk hidup menjadi kunci suksesnya suatu konservasi.

“Melihat potensi kawasan SM Lamandau, saya mengajak seluruh lapisan masyarakat Sukamara termasuk para pelajar untuk berperan aktif dalam pelestarian satwa rusa sambar, dengan tidak melakukan pemburuan satwa ini dan pembakaran lahan,” katanya berharap.

Baca juga: Kehidupan Rusa Sambar di Desa Api-Api

Windu menjelaskan, untuk tema pada Hari Konservasi Alam Nasional 2023, yakni ‘Hapungkal Himba Kalingu’ yang artinya jiwa yang damai dalam harmoni rimba belantara.

Hal ini mengingatkan kembali, hutan memiliki fungsi dan peranan penting bagi penyangga kehidupan manusia serta mampu menghadirkan kedamaian dalam jiwa.

Baca juga: PT Silo Bangun Penangkaran Rusa

“Tak hanya itu, hutan di Indonesia mengembalikan kita semua pada filosofi, manusia tak bisa hidup tanpa alam dan harmoni atau selaras antara manusia dan alam hanya tercipta bila kita saling menjaga," ujarnya.

Oleh karena itu, konservasi alam hanya akan berhasil jika semua pihak menyatukan langkah dan bergandengan tangan, saling menjaga agar harmoni bersama alam dapat tercipta.

Baca juga: Bayi orangutan Pancaran jadi penghuni baru Suaka Margasatwa Lamandau
Baca juga: Populasi banteng kalimantan di hutan Lamandau Kalteng makin berkurang

Pewarta: Muhammad Arif Hidayat/Lalang
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023